Pencabutan PPKM Tunggu Kekebalan Masyarakat

Selasa 27-12-2022,10:24 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Noor Arief Prasetyo

SURABAYA, HARIAN DISWAY- KABAR pencabutan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) maupun pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mencuat beberapa hari belakangan. Presiden Joko Widodo pun menegaskan, pengambilan langkah itu tak bisa sembarangan. Harus menunggu hasil kajian mendalam.

Terutama survei dari Kementerian Kesehatan. Yakni, untuk melihat tingkat antibodi atau kekebalan masyarakat. Setidaknya harus melebihi 90 persen.

”Belum. Untuk PSBB dan PPKM, hasil kajian belum sampai di meja saya,” ujar Jokowi dalam keterangannya kepada awak media seusai meresmikan Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin, 26 Desember 2022. 

Jokowi menunggu hasil kajian secara detail. Tentu agar tak mengambil langkah blunder.

Targetnya, imunitas kelompok harus melebihi 90 persen. Dengan begitu, masyarakat bisa menghadapi ancaman varian virus apa pun dan dari mana pun. Jika tak memenuhi target, PPKM dan PSBB akan dilanjutkan. ”Jangan sampai keliru memutuskan. Sebaiknya kita sabar menunggu,” sambung Jokowi.

Jokowi juga meminta Kemenkes untuk memantau ketat perkembangan kasus. Mengingat, saat ini jumlah kasus Covid-19 sudah landai. Sudah di bawah 1.000 kasus. Namun, harus tetap diteliti apakah penurunan kasus itu akibat kekebalan masyarakat atau tidak.

”Jadi, tetap tunggu kajian dari Kementerian Kesehatan, dari para pakar epidemiolog semuanya, agar memutuskannya nanti benar. Tergantung kajiannya. Kalau selesai, kita harapkan akhir tahun ini selesai,” tandasnya.

Pakar epidemiologi Universitas Airlangga Windhu Purnomo juga berharap agar pemerintah tak gegabah dalam mengambil keputusan terkait pencabutan status PPKM dan PSBB. Tak boleh blunder. Mengingat, banyak negara di Eropa, Amerika, maupun Asia yang telah menjadi contoh buruk. 

Tak hanya Tiongkok yang dikabarkan bahwa kasus Covid-19 meledak usai kebijakan lockdown dicabut. Kini Jepang yang sebelumnya jadi percontohan tertib protokol kesehatan pun mengalami hal serupa.

Di Negeri Sakura itu, jumlah kasus Covid-19 tembus 1 juta kasus dalam sepekan terakhir. Selain orang tua dan dewasa, Covid-19 menyerang balita. ”Yang paling penting, harus tetap jaga prokes dan kejar terus vaksinasi,” terangnya.

Di Jatim, sasaran vaksinasi mencapai lebih dari 35 juta orang. Cakupan itu terbilang cukup tinggi. Meski, belum bisa 100 persen.

Dosis pertama, 12,8 persen belum divaksin. Dosis kedua, 11,24 persen belum divaksin. Dosis ketiga hanya 3,90 persen yang sudah disuntik. Itulah PR yang harus segera dituntaskan.

Ia pun menegaskan berulang-ulang bahwa lonjakan kasus Covid-19 itu sangat bergantung pada masyarakat. Apalagi, saat ini tengah memasuki momen libur Natal dan tahun baru (nataru). Mobilitas masyarakat yang tinggi bisa memicu kenaikan kasus.

Siklus tersebut sudah lumrah dua tahun belakangan. Setiap kali memasuki awal tahun, jumlah kasus Covid-19 meroket. Misalnya, Januari 2022, lonjakan dipicu kemunculan subvarian Omicron.

Namun, Windhu optimistis tahun depan tidak bakal terjadi lonjakan. Meski, subvarian baru akan terus muncul. ”Karena puncak lonjakan sudah kita alami beberapa bulan lalu. Jadi, awal tahun depan hanya gelombang kecil. Gak akan sampai melonjak lagi,” terangnya.

Kategori :