Maksimalkan Kompetensi dan Kualitas Lulusan

Kamis 02-02-2023,11:39 WIB
Oleh: Soetojo dan Bagong Suyanto

RAPAT pimpinan awal tahun di lingkungan Universitas Airlangga digelar akhir Januari 2023. Rapat yang diadakan di Ruang Amerta Lantai 4 Kantor Pusat, Kampus C Universitas Airlangga, itu dihadiri rektor, wakil rektor, ketua senat Universitas Airlangga, sekretaris universitas, para dekan, direktur dan para kepala badan. 

Tujuan rapat tidak hanya menjadi momen pertemuan pimpinan di tahun 2023. Tetapi, juga membahas kegiatan pembelajaran pascapandemi Covid-19.

Berbeda dengan masa pandemi Covid-19 yang memaksa kegiatan pembelajaran terpaksa lebih banyak dilakukan secara online, di semester genap 2022/2023 kegiatan pembelajaran akan lebih banyak digelar secara offline. Mahasiswa yang sebelumnya jarang atau bahkan belum pernah berkunjung ke kampusnya, di semester depan akan menikmati kegiatan perkuliahan tatap muka. 

Para mahasiswa yang sebelumnya hanya mengenal dosennya lewat platform Zoom, akan berkesempatan bertemu langsung di ruang-ruang kuliah untuk membahas berbagai materi dan isu-isu akademik secara mendalam. Kuliah tatap muka adalah momen yang diharapkan dapat mendongkrak kembali marwah perguruan tinggi setelah hampir dua tahun terperangkap dalam kegiatan pembelajaran daring yang serba terbatas.

 

Pergeseran

Ketika membuka acara rapat pimpinan, Rektor Universitas Airlangga Prof Muhammad Nasih menyampaikan tentang arti penting meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Di era pembelajaran luring, para dosen diharapkan tidak lagi terjebak pada cara mengajar yang konvensional. Tetapi, mau membuka diri untuk mengenal dan mempraktikkan hal-hal baru yang kekinian.

Pemanfaatan teknologi, sistem, dan metode pembelajaran perlu terus dikembangkan dengan tujuan memberikan nilai tambah dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih baik. Di era masyarakat digital seperti sekarang ini, mahasiswa dan kualitas lulusan tidak lagi hanya mengandalkan pada cara mengajar yang sifatnya searah dan didukung materi yang biasa-biasa saja. 

Satu hal yang perlu disadari para dosen adalah pergeseran atau bahkan perubahan profil para mahasiswa yang jauh berbeda dengan para pendahulu atau kakak kelasnya. Saat ini, yang namanya mahasiswa adalah bagian dari generasi milenial yang tidak lagi gagap beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan sumber-sumber e-book, e-journal, dan lain-lain.

Lebih dari sekadar generasi yang selalu bersikap skeptis dan kritis, mahasiswa di era digital adalah bagian dari now generation yang serba-ingin mengetahui hal baru detik itu pula. Profil mahasiswa dewasa ini merupakan generasi yang memiliki kebebasan berpikir, selalu bersikap kritis, independen, dan selalu didorong rasa ingin tahu yang luar biasa besar.

Saat ini tidak mungkin kegiatan perkuliahan hanya diisi dengan aktivitas ceramah dari dosen yang dikembangkan dalam suasana asimetris. Dosen dan mahasiswa adalah bagian dari insan pembelajaran yang kedudukannya setara, simetris, sehingga tidak mungkin lagi mahasiswa diperlakukan layaknya bejana kosong yang perlu terus diisi. 

Kegiatan pembelajaran  dewasa ini harus dikembangkan dalam suasana egaliter: sebuah relasi setara yang saling melengkapi. Posisi dosen saat ini bukan lagi menjadi penceramah. Dosen adalah sosok yang telah bergeser dan lebih banyak berperan sebagai pendamping, yang bertugas untuk mendorong pengembangan potensi mahasiswa semaksimal mungkin.

Pengalaman selama masa pandemi Covid-19 telah banyak mengajarkan berbagai hal untuk dievaluasi dan dijadikan tempat berkaca memperbaiki kualitas pembelajaran dan kompetensi lulusan. Jujur harus kita akui bahwa ada dampak plus-minus ketika PT melaksanakan proses pembelajaran online selama masa pandemi Covid-19.

Pertama, selama dilaksanakan proses pembelajaran daring, relasi antara dosen dan mahasiswa cenderung berjarak dan bersifat impersonal. Bisa dibayangkan apa yang terjadi ketika dosen dan mahasiswa hanya bertemu di dunia maya, yakni lewat aplikasi Zoom atau Google Meet.

Sepanjang dosen dan mahasiswa hanya bertemu secara online, kesempatan untuk belajar dari hati ke hati niscaya akan sulit berkembang dan dikembangkan. Bukan tidak mungkin, kegiatan pembelajaran selama proses online menjadi kering dan ujung-ujungnya pemahaman mahasiswa pada materi pembelajaran menjadi dangkal.

Kategori :