SURABAYA, HARIAN DISWAY- RATUSAN pemuda lintas agama mendoakan Nahdlatul Ulama (NU). Secara bergantian, alunan doa dilantunkan oleh para pemuka lintas agama itu di depan kader muda NU. Itu dilakukan dalam memperingati satu abad organisasi itu berdiri.
Ketua umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf juga hadir dalam doa bersama itu. Setelah alunan doa diucapkan, acara itu dilanjutkan dengan diskusi bertajuk “Pemuda Lintas Agama Bicara NU”.
Dalam diskusi selama lebih dari dua jam tersebut, mereka menghadirkan para tokoh dan pegiat dari berbagai agama, antara lain Pdt. Martin Kristanto Nugroho, Romo Aloysius Widyawan, I Gede Sandy Satriya, Sunarto, dan Wang Ju Guo.
Salah satu pemuda Kong Hu Chu Wang Ji Guo mengaku, NU memiliki peran besar terhadap Kong Hu Chu. Sebab, berkat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), agama tersebut bisa mendapat pengakuan di Indonesia. “NU ini sangat berjasa buat kami,” katanya, Sabtu, 4 Februari 2023.
Ketua I Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Jatim Andri Purnawan juga mengaku bangga dengan NU. Sebab, tidak mudah mempertahankan organisasi berbasis agama. Kini usia NU sudah 100 tahun.
Apalagi, organisasi itu berhasil membangun persepsi islam yang lebih moderat dan terbuka. Menurutnya, Islam Nusantara kini menjadi barometer tentang moderasi beragama di dunia.
“Ketika saya belajar di Amerika, NU dengan Islam Nusantaranya itu sering kali dijadikan salah satu barometer keagamaan yang moderat. Bukan hanya itu, NU juga berhasil mengembangkan organisasi sayap dalam mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika,” bebernya.
Baginya, NU seperti Indonesia. Beragam. Semuanya memiliki semangat untuk mensejahterakan umat, tapi dengan gaya yang berbeda-beda. “Itu yang menjadi titik lebih NU,” tambahnya.
Sementara itu, Aryo Seno Bagaskoro, Ketua Panitia Pelaksana menjelaskan, forum yang berlangsung tersebut, bertujuan untuk mencari saripati keteladanan untuk diterapkan lebih luas oleh berbagai kalangan.
“NU telah memberikan teladan nyata untuk siapapun turut terlibat merawat jagad melalui tindakan sederhana: menjaga keberlangsungan hidup dan lingkungan, merawat toleransi dan gotong royong antar kelompok, serta membangun moderasi kehidupan beragama." ucapnya.
Dalam sambutannya, pria 21 tahun ini mengungkapkan apresiasinya pada NU dalam menapaki usia ke-100 tahun. Sebab, mampu konsisten mendampingi dan menjadi soko guru bangsa.
“Kami mendoakan kepemimpinan Gus Yahya (Yahya Cholil Staquf) dan Gus Ipul (Saifullah Yusuf), layaknya mengambil spirit dwitunggal Bung Karno dan Bung Hatta. Mampu membawa kapal besar NU mengarungi peradaban dan memberikan oase keteladanan bagi generasi muda,” ucapnya.
Gus Yahya menambahkan, harmoni toleransi yang hari ini dirasakan di Indonesia, tidak boleh dirasakan secara cuma-cuma. Tetapi harus disadari sebagai bagian dari perjalanan panjang sejarah bangsa-bangsa mencari format hidup bersama.
Eks Juru Bicara Gus Dur tersebut mencontohkan di era lampau, berbagai imperium berperang satu sama lain memperebutkan kuasa dengan menggunakan identitas untuk saling menjajah. Menurutnya, cara semacam itu sudah tidak relevan untuk saat ini.
"Oleh karena itu, anak-anak muda harus memahami sejarah itu menjadi satu rangkaian utuh, memelihara situasi damai dan harmoni ini dengan kesadaran penuh. Seperti tagline Satu Abad NU: Merawat Jagad, Membangun Peradaban,” ucapnya. (*)