Sunanto Roasting Jokowi dan Menteri

Kamis 23-02-2023,05:00 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Noor Arief Prasetyo

BALIKPAPAN, HARIAN DISWAY- SELAMA INI hanya Nahdlatul Ulama (NU) yang terkenal kaya humor. Namun, itu rupanya tak berlaku lagi. Sebab, pembukaan Muktamar Ke-18 Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan justru diwarnai gelak tawa.

Bermula saat Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto memberikan sambutan. Pria asal Sumenep itu menyambut satu per satu tamu istimewanya. Mulai presiden, menteri, gubernur, hingga tokoh-tokoh nasional.

Sambutan pertama ia lontarkan ke Presiden Joko Widodo. Sunanto berterima kasih atas kehadiran orang nomor satu di Indonesia itu. ”Jadi, saya sangat bersyukur, Pak. Menegaskan bagi saya bahwa saya tak seperti Zainuddin di film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Pak,” ujatrnya disambut riuh tepuk tangan dan gelak tawa hadirin.

Sebab, kata Sunanto, dirinya mengaku bernasib sama dengan Zainuddin saat kali pertama bertemu Jokowi. Sosok Zainuddin di Minang dianggap orang asli Makassar, lalu saat di Makassar malah dianggap orang Minang.

”Saya di Muhammadiyah dianggap orang Bapak, tetapi sama Bapak tidak dianggap, kan nestapa saya,” katanya. 

Tepuk tangan pun makin riuh. Jokowi tertawa lagi hingga mulutnya terbuka lebar. Begitu pula para tokoh yang duduk di sampingnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Sekretaris Kabinet Indonesia Pramono Anung, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Semua tak lepas dari sentikan gurauan Sunanto.

Sunanto juga mengucapkan terima kasih sekaligus memohon maaf kepada Haedar. Ia merasa sering bikin repot. ”Tapi, inilah gaya Muhammadiyah Madura campur Solo, Pak. Jadi, agak ngegas, agak ngerem. Yang penting maju,” tandas pria yang karib disapa Cak Nanto itu yang kembali mengundang tawa.

Tak berhenti di situ, gojlokan selanjutnya menyasar para menteri dan pejabat lain. Termasuk, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. Cak Nanto mengadu, saat ini Yudo sulit dihubungi melalui pesan WhatsApp (WA). 

”Jadi, waktu masih KSAL, saya WA-an. Waktu jadi panglima, ganti. Jadi agak repot saya menghubungi. Muktamar agak tersendat karena gak menghubungi Pak Panglima,” selorohnya, lalu ditutup tawa lebih keras dari hadirin.

Semua lelucon itu pun disambut hangat. Bahkan, dibalas Jokowi saat mendapat giliran bicara di podium. ”Cak Nanto ternyata ada bau-baunya Madura dan Solo. Tapi, jangan-jangan di depan saja ngakunya kayak gitu,” celetuknya.

Tentu saja ada sesi yang serius. Jokowi berharap agar Muktamar Ke-18 Pemuda Muhammadiyah bisa menghasilkan agenda besar. Terutama untuk mewadahi para generasi muda.

”Mengapa? Yang pertama karena Muhammadiyah adalah nama besar, brand besar organisasi pelopor pembaruan Islam di Indonesia. Yang kedua, jumlah pemuda sekarang ini sangat besar,” kata presiden.

Apalagi, saat ini jelang puncak bonus demografi. Jumlah penduduk usia muda di Indonesia sangatlah besar. Dari 280 juta penduduk Indonesia, jumlah pemuda di rentang usia 15–30 tahun sudah di atas 66,3 juta.

”Ke depan yang namanya pemuda ini sangat penting sekali bagi negara kita. Karena bonus demografi yang kita dapatkan, jangan sampai menjadi beban,” tandas Jokowi. (*)

 

Kategori :