Kembali ke Erick Thohir yang kini menjadi orang nomor satu di PSSI. Walaupun ia pejabat, posisinya tidak rancu karena bukan menpora.
Selama ini, kebanyakan petinggi olahraga, kalau tidak berlatar belakang penguasa (pejabat tinggi), hampir pasti ia pengusaha besar. Erick adalah kedua-duanya. Pengusaha ya, penguasa ya.
Sebelum menjadi menteri, ia sudah dikenal sebagai pengusaha. Pendiri dan pemilik Mahaka Group yang bergerak di bisnis media dan entertainment. Tajir sebagai pengusaha terlihat dari LHKPN (laporan harta kekayaan pejabat negara) Erick Thohir yang mencapai Rp 2,3 triliun. LHKPN 2020, ia masuk tiga besar menteri terkaya.
Erick tentu punya jaringan baik dengan pengusaha besar. Bahkan, saudara kandungnya, Boy Thohir, adalah pemegang saham dan menjadi dirut Adaro Energy, salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia.
Dengan pengalaman dan jaringan bisnisnya, tidak perlu lagi meragukan kemampuan Erick dalam menggalang sumber dana PSSI.
Sebagai pejabat, pos Erick juga sangat ”basah” dan mentereng. Menteri yang mengurus BUMN, sebagian besar perusahaan raksasa di Indonesia. Itu akan memudahkan untuk menggerakkan BUMN berpartisipasi.
Kalau dulu, Agum Gumelar mampu menggerakkan pesawat Harcules TNI saat kompetisi force majeur. Ibaratnya, di era Erick ini bisa menggerakkan Garuda dan Merpati (eh sudah tutup), maksudnya Pelita, bila ada situasi yang sama.
Dalam hal mencari partner sponsor BUMN, jelas akan lebih mudah lagi. Tentu semua hubungannya berdasarkan hitungan bisnis dan aturan. Hanya, dengan posisi Erick sebagai menteri BUMN, akan memudahkan akses dan komunikasi.
Potensi yang dimiliki Erick itu sudah seperti campuran Wismoyo, Bob Hasan, Nirwan Bakrie, dan Agum Gumelar. Ya pengusaha, punya jaringan pengusaha, ya pejabat yang berpengaruh lagi.
Juga, ia salah seorang menteri yang dekat presiden. Juga (lagi), Erick kenyang pengalaman internasional di dunia olahraga, termasuk menjadi presiden Inter Milan dan ketua panitia Asian Games 2018.
Jangan heran kalau banyak yang menaruh harapan. Terlalu tinggi ekspektasi publik untuk membenahi karut-marutnya dunia bola.
Sekarang tinggal Erick Thohir, mampukah memanfaatkan semua situasi yang mendukungnya. Sebab, setiap saat ia bisa tergelincir. Di balik banyak harapan, akan banyak mata yang mengontrol. Apalagi, banyak yang percaya bahwa di PSSI masih ada mafia. (*)