Kedisiplinan dan kondusifitas justru sangat efektif dibentuk dengan metode lain. Yaitu dengan menciptakan atmosfer belajar yang riang dan gembira. "Lha kalau masuk pagi, siswa ngantuk, kan ya mana bisa masuk belajarnya," jelas Ali.
Jadwal masuk sekolah yang terlalu pagi itu sangat merugikan bagi para pelajar. Jam istirahat yang kurang tentu akan mengganggu kebebasan mereka dalam berkegiatan lain. Lagi pula, siklus tersebut juga akan berdampak pada aktivitas orang tua.
"Banyak yang akan terkena dampaknya. Moda transportasi publik pun akan ikut berubah," terangnya. Oleh karena itu, sebaiknya jadwal dikembalikan seperti semula. Atau paling tidak dimajukan tidak terlalu signifikan.
Namun, berbeda halnya dengan Sekjen Forum Pendidikan Jatim Prof Murpin Josua Sembiring. Ia menilai aturan itu sangat tepat. Bahwa memang aktivitas sosial di NTT tidak bisa disamakan dengan Pulau Jawa.
"Jam tiga pagi, pasar sudah ramai di sana," katanya. Menurut Murpin, jam sekolah yang dimulai sejak pagi sangat membantu membentuk karakter para pelajar. Namun, tetap harus menyediakan fasilitas yang memadai.
Untuk mengantisipasi jam istirahat, misalnya, Murpin menyarankan agar meniru sekolah-sekolah di Tiongkok. Setiap pelajar punya bangku khusus yang bisa dimodifikasi untuk tempat tidur. "Saya sering ke Tiongkok dan lihat pelajar memakai itu. Jadi enak, bisa deep sleep, pasti waktu istirahatnya mencukupi," tandas rektor Universitas Ma-Chung Kota Malang itu.
Saat ia menjabat sebagai anggota Dewan Pendidikan Surabaya, ide itu sebetulnya sudah diusulkan ke Tri Rismaharini. Namun, banyak yang menolak. "Saya mencontoh di Vietnam, Taiwan, dan Tiongkok. Mereka pulang sekolah lebih awal dan waktunya bisa produktif untuk membantu orang tua," jelas Murpin. (*)