PDIP-PPP dan Nasib Ganjar

Kamis 09-03-2023,04:20 WIB
Reporter : Taufik Lamade

INI kali pertama partai banteng mencari partner koalisi. PDIP mengajak PPP, kawan lamanya.

Gaya PDIP itu khas partai besar yang tetap ingin memegang kendali dalam berkoalisi. Sengaja membidik partai kecil (PPP terkecil di DPR). Ajakan PDIP itu diungkapkan Ketua Majelis Pertimbangan PPP M. Romahurmuziy yang mengaku membahas masalah itu dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Bila langsung mengajak PPP dkk (Koalisi Indonesia Baru yang juga beranggota Golkar dan PAN), tentu akan membuat posisi PDIP sulit menjadi pemimpin koalisi. Sebab, kekuatan KIB (Golkar, PAN, PPP) lebih besar daripada PDIP.

Untuk mengajak Gerindra, PDIP juga sulit akan menjadi motor utama koalisi. Pasalnya, Gerindra sudah pasang harga mati : Prabowo harus capres. Apalagi, Gerindra dan PKB sudah ”tunangan”.

Mengajak anggota Koalisi Perubahan (Nasdem, Demokrat, PKS) juga berat bagi PDIP. Koalisi Perubahan makin kompak mendukung Anies Baswedan. Selain itu, hubungan PDIP dan Koalisi Perubahan makin lama makin seperti minyak dan air.

Strategi merayu PPP itu merupakan pilihan jitu bagi PDIP. Gabung tidaknya, kata Romi, ditentukan dalam mukernas partainya.

Yang menjadi pertanyaan, bila PPP ikut PDIP, menguntungkan atau merugikan bagi KIB?

PAN menganggap bila PDIP mengajak PPP, otomatis juga akan melibatkan KIB. Artinya, akan memunculkan koalisi besar Golkar, PAN, PPP, dan PDIP. Isyarat itu diungkapkan Waketum PAN Viva Yoga Mauladi yang menyebut KIB tetap solid. Ia yakin formasi KIB plus PDIP itu akan menang.

Kalau kita merunut beberapa hari sebelumnya, PAN secara terbuka mendukung Ganjar Pranowo-Erick Thohir. Akan menjadi klop apabila PDIP juga mencalonkan Ganjar. 

Yang menjadi masalah, kalau PDIP mencalonkan Puan Maharani. Suara dari internal PDIP, nama putri Mega itu masih kuat. Mega belum memperlihatkan isyarat condong ke Ganjar. 

Bagaimana dengan suara Golkar, pemilik suara terbesar di KIB. Kalau melihat desain awal, banyak yang menduga KIB sebagai sekoci bagi kandidat yang didukung Jokowi. Tapi, Golkar juga mempersiapkan calon kader sendiri, yakni ketumnya, Airlangga Hartarto.

Sampai saat ini, Airlangga masih menjadi calon utama partai beringin. Selain itu, mereka punya kader yang memiliki elektabilitas lumayan, Ridwan Kamil yang baru saja bergabung.

Golkar bisa saja menerima Ganjar yang akan diduetkan dengan kadernya. Apakah dengan Airlangga atau Ridwan Kamil. Apalagi, elektabilitas Ridwan sejauh ini lebih baik daripada Erick Thohir.

Bila Megawati mencalonkan Ganjar, koalisi besar KIB-PDIP akan lancar-lancar saja, tinggal cari wakil yang pas.

Nah, kalau ternyata PDIP tetap mencapreskan Puan, KIB pun bisa goyang. Sebab, PPP pun berpeluang gabung PDIP. Duet PDIP-PPP sudah punya sejarah panjang, keduanya partai lama yang lahir tahun 1971. Duet Presiden Megawati dan Wapres Hamzah Haz setelah era Gus Dur menjadi bukti kerja sama mereka.  Apalagi, ditambah bumbu-bumbu cerita dari Romahurmuziy: koalisi PDIP dan PPP amanat tokoh PPP KH Maimoen Zubair yang pernah meminta Mega ikut menjaga PPP.

Kategori :