Sejak didirikan pada 1990, Saniharto menerima pesanan dari pasar luar negeri. Khususnya hotel-hotel bintang lima hingga tujuh di Eropa, Amerika Serikat, hingga Timur Tengah.
Beberapa tahun belakangan, Saniharto menyelesaikan proyek-proyek yang dipesan khusus. Ada yang dari Four Seasons di San Francisco, Hawai, Las Vegas, Bangalore; Ritz Carlton di Boston, New York, New Orleans, South Beach Bangalore; Mandarin Oriental di Kuala Lumpur, Washington DC, New York; Wynn Hotel di Las Vegas dan Everett.
Berikutnya MGM di Macau, Conrad di Washington DC, JW Marriott di Nashville. Juga hotel berbintang di dalam negeri seperti Park Hyatt Jakarta, Intercontinental Jakarta, Fairmont Jakarta, Raffles Jakarta, Trans Luxury Bandung dan Bali. Lalu Tentrem di Yogyakarta dan Semarang, Sofitel Nusa Dua Bali, Renaissance Uluwatu, Indigo Bali, Pullman Vimala Hill, serta Pullman Thamrin CBD. Dan masih banyak lagi.
Tentu perjalanan Saniharto di dunia mebel memang sangat panjang. Dibangun dengan kerja keras dan kesabaran. Sebab, pencapaian bisnis yang gemilang itu pun diawali dengan langkah kecil.
Harsono Enggalhardjo dan Dahlan Iskan (tengah) di depan papan nama Saniharto, mebel kelas dunia dari Sayung, Demak. -Foto: Mohamad Nur Khotib-Harian Disway-
Bisnis bermula ketika orang tua mereka meninggal. Dan mewariskan 4 kg emas lantaran orang tua memang punya toko emas di Semarang. Tetapi, emas itu justru dipendam di kedalaman dua hingga tiga meter.
Harsono bersaudara pun menggalinya di sejumlah titik. Mulai di halaman depan dan belakang rumah. Ada yang ketemu dan banyak juga yang hilang. "Kemungkinan lokasinya pindah karena tanah yang bergeser. Karena saking lamanya dipendam," celetuk Harsono lantas tertawa.
Kemudian empat bersaudara itu memilih tidak melanjutkan bisnis orang tua. Dan langsung berkecimpung di bidang perkayuan. Sebab, kata Harsono, saat itu mereka mendapat limpahan proyek dari salah satu perusahaan mebel besar.
"Kami dapat pesanan 100 kubik slash vinir (sayatan kayu tipis yang biasanya untuk lapisan lantai, Red)," kenang lelaki kelahiran Semarang itu. Garapan mereka memuaskan. Bahkan sampai ada pesanan ulang dengan jumlah yang lebih banyak lagi.
Sejak itulah bisnis empat bersaudara itu dikembangkan. Menyentuh lebih banyak berbagai produk kayu. Kemudian mulai menjamah pasar internasional. Bahkan dipercaya mengerjakan pesanan-pesanan khusus dengan kerumitan yang tinggi.
Nama Saniharto makin melambung. Tetapi, di saat bersamaan ada klien yang usul agar mereka mengganti nama yang lebih modern. Yang lebih terdengar internasional. "Dan kami tidak mau. Tetap pakai Saniharto. Kami bangga dengan nama Indonesia," tandas Harsono. (*)
Kolaborasi dengan Desainer Tanah Air, baca edisi 14 Maret 2023… (*)