David Menderita DAI, Akan Stem Cell

Jumat 31-03-2023,04:20 WIB
Reporter : Djono W. Oesman

Kondisi David Ozora memprihatinkan. Belum bisa mengenali orang, hanya bisa disuapi. Ayahnya, Jonathan, melalui Twitter mengabarkan, David mengalami diffuse axonal injury (DAI) tingkat 2. Kasihan. 

TULISAN Jonathan Latumahina di Twitter, Kamis, 30 Maret 2023, begini: ”Dari dinyatakan koma dengan GCS 3 sampai rekam medis yang menyatakan diffuse axonal injury stage 2, aku adalah saksi mata yang nemenin kamu dari kejang-kejang 3 hari sampai kamu bangkit di atas 2 kakimu. I witness you.”

Dilanjut: ”Hari ini waktunya perlawanan. Kamu pasti menang, seperti sebelumnya. Mereka akan hancur, seperti sebelumnya.”

Kalimat lanjutan itu mungkin bukan dimaksudkan melawan musuhnya, Mario Dandy. Melainkan, melawan rasa tidak berdaya. Walaupun diikuti kata ”mereka akan hancur”. Entah apa maksudnya. Cuma Jonathan yang tahu.

Diffuse axonal injury (DAI) adalah jenis cedera otak kelas berat akibat guncangan kepala hebat. Seperti diketahui, David dalam posisi tidur di tanah, kepalanya diinjak dan ditendang berkali-kali oleh Mario, Senin, 20 Februari 2023.

Tujuh pakar kesehatan otak (F. Rivera, A. Adhia, V. Lyons, B. Mills, E. Morgan, M. Simckes, dan Rahbar Rowhani) dalam karya ilmiah mereka yang bertajuk The Effects of Violence on Health menyebutkan, DAI bagian dari traumatic brain injury (TBI) atau cedera otak berat.

Disebut berat karena pemulihannya memakan waktu tahunan. Tidak mungkin singkat. Kalau singkat, berarti bukan DAI. Ukuran singkat adalah hitungan bulan, tidak sampai setahun.

Itu banyak diidap para tentara Amerika Serikat yang pulang dari perang di Afghanistan. Akibat cedera kepala, kena pecahan bom, atau terguncang oleh ledakan bom.

Bisa juga akibat suatu penganiayaan berat yang menyasar kepala. Diagnosis, terjadi pergeseran posisi otak dalam waktu cepat. Itu menyebabkan serabut saraf di otak meregang dan robek.

Karena robekan terjadi pada serabut saraf otak yang bentuknya sangat kecil, penanganan medis tidak gampang. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun.

Jurnal ilmiah karya tujuh pakar itu dipublikasi di United States National Library of Medicine di National Institutes of Health pada 2019. Di saat banyak tentara AS pulang dalam kondisi hidup, tapi mengalami DAI.

Diungkapkan, kondisi kesehatan pasien DAI buruk secara keseluruhan, termasuk kesehatan fisik dan mental. Pasien mengalami nyeri kronis, termasuk nyeri leher dan punggung.

Gejala sisa jangka panjang lainnya yang cenderung dialami para penyintas itu termasuk peningkatan kesulitan ginekologi, gastrointestinal, dan sistem saraf pusat serta penurunan fungsi kekebalan tubuh.

Artinya, setelah pasien sembuh, tetap akan mengidap dampak bawaan DAI. Antara lain, penurunan fungsi kekebalan tubuh (immune system). Jelasnya, gampang sakit karena tingkat kekebalan tubuh rendah.

Akibat lainnya setelah pasien sembuh adalah mengidap posttraumatic stress disorder (PTSD). Memori otak akan terus mengenang kejadian tindak kekerasan yang menyebabkan pasien menderita DAI. 

Kategori :