Seharusnya jika memang ingin kudeta, tentu ada perencanaan yang matang. Berhasil atau gagal, para anggotanya akan bersiap dengan segala kemungkinan. Termasuk melakukan perlawanan-perlawanan.
Soekarno dianggap terlibat dan tahu tentang gerakan itu. "Mungkinkah Soekarno terlibat dalam upaya kudeta untuk menggulingkan dirinya sendiri? Tidak masuk akal," ujar alumni Monash University, Australia itu.
"Begini. Ibarat perusahaan. Perusahaan itu dikudeta oleh para karyawannya. Satpamnya mengamankan. Jika kudeta berhasil, tentu bosnya diganti. Pemimpin para karyawan yang berkuasa. Lha, ndak mungkin yang diangkat jadi bos itu satpamnya. Ya, kan?," ujarnya.
Dia mengibaratkan peran Soeharto yang saat itu dikisahkan sebagai pemimpin pengamanan. Namun, justru dia yang berkuasa. "Itu adalah beberapa keanehan yang muncul dari rangkaian peristiwa 1965 silam. Jadi, mari berpikir kritis. Mari meluruskan sejarah," ungkapnya.
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak Soe Tjen. Pertanyaan itu telah mengendap sejak dia duduk di bangku sekolah. Dia masih ingat dengan jelas, bahwa dulu, propaganda Orde Baru telah ikut mempengaruhinya.
Propaganda itu membuat hubungan Soe Tjen dengan mendiang papanya merenggang. Itu hal yang disesalinya hingga saat ini. Sebagai upaya permintaan maaf pada papanya yang telah tiada, dia menulis banyak buku. Topik yang tak jauh dari peristiwa 1965. Sekaligus ingin merajut kembali sejarah yang kusut. (Heti Palestina Y-Guruh Dimas Nugraha)
BACA SELaNJUTNYA:Soe Tjen Marching dan Fakta Gerakan 1 Oktober 1965: Sesal untuk Bing (Seri 11)