Menanti Hasil Pilpres Turkiye dan 20 Tahun Perjalanan Erdogan

Senin 15-05-2023,13:06 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Dalam 10 tahun terakhir, Erdogan telah dikritik karena mengadopsi sikap otoriter yang semakin mempolarisasi Turkiye, terutama setelah protes anti-pemerintah nasional sepuluh tahun lalu dan upaya kudeta pada tahun 2016.

Akibatnya, Erdogan dianggap semakin menindas, dengan pemerintahannya memenjarakan jurnalis, kritikus, dan ribuan orang yang dianggap sebagai lawan politik tanpa bukti yang memadai.

Selain itu, puluhan ribu orang telah dipecat dari pekerjaan pemerintah dengan tuduhan mendukung upaya kudeta. Para kritikus berpendapat bahwa tindakan keras itu digunakan sebagai kambing hitam untuk menetralisir keadaan.

Keberhasilan Erdogan dalam pemilihan mencapai puncaknya pada tahun 2015 ketika Partai AK kehilangan mayoritas di parlemen, sehingga Erdogan bersekutu dengan kelompok ultranasionalis dan mengabaikan proses perdamaian dengan Kurdi.

Saat ini, Erdogan berjanji untuk membawa kemakmuran ekonomi di masa depan dan mengurangi beban biaya hidup yang meningkat dengan memperkenalkan tagihan energi bersubsidi, kenaikan pensiun, gaji pegawai negeri, dan upah minimum.

Dengan fokus pada prestasi Partai AK dalam membangun infrastruktur seperti jembatan, jalan, dan rumah sakit, Erdogan juga menekankan perbaikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Turkiye, sambil mempromosikan proyek-proyek bergengsi terutama dalam bidang militer, seperti pengembangan drone.

Turkiye menjadi salah satu pengembang drone terbaik di Dunia. Bayraktar bikinan mereka sangat merepotkan Rusia yang menginvasi Ukraina. Sampai-sampai Vladimir Puting meradang ke Erdogan.  

Erdogan juga mengadopsi kebijakan luar negeri yang aktif, termasuk menerima jutaan pengungsi yabg terlibat dalam perang saudara di Libya dan Suriah, serta mendukung Azerbaijan dalam konflik melawan Armenia. Atas sikapnya itu, Erdogan juga memiliki banyak pendukung di luar negeri. Termasuk Indonesia. (*)

Kategori :