Selasa siang, 16 Mei 2023, IPN yang didampingi tantenya mengantarkan YC ke Terminal Tirtonadi, Solo, untuk kembali sendirian ke Denpasar. YC menurut saja.
Sebelum naik bus, YC beli sebuah cutter besar. Dikatakan, itu dipakai untuk mengupas buah di dalam perjalan bus nantinya. Mereka pun pisah. Bus pembawa YC melaju meninggalkan terminal.
Selang beberapa jam, YC menelepon IPN. YC mengatakan, hatinya tak keruan di dalam bus. YC menangis minta rujuk meski mereka belum resmi bercerai. YC mengatakan sangat sulit berpisah begitu saja.
YC mengusulkan mereka bertemu lagi di Solo, tapi jangan bertemu di rumah keluarga IPN. YC mengusulkan mereka menginap di hotel di Solo.
Dalam kondisi bingung, IPN setuju saja.
Maka, YC minta ke sopir turun dari bus, lalu naik bus lain balik menuju Solo. YC langsung check-in di sebuah hotel di Kecamatan Jebres, Solo. Dia tiba di hotel sekitar pukul 00.00 WIB. Sejam kemudian, IPN tiba di hotel itu pula.
Mereka bersatu lagi di hotel. Tidur bersama lagi. Beberapa jam kemudian, tragedi potong penis itu terjadi. Senjatanya, cutter yang dibeli sebelum YC naik ke bus. Kini IPN masih dirawat di RS. YC ditahan di Mapolresta Surakarta.
Profesor Per Bech yang didampingi tim psikiater Nina Timmerby, Klaus Martiny, Mary E. Lunde, dan Dorte Marie Sondergaard dalam karya riset mereka yang bertajuk Psychometric evaluation of the Major Depression Inventory (MDI) as depression severity scale using the LEAD (Longitudinal Expert Assessment of All Data) as index of validity (2015) menjelaskan sebagaimana berikut.
”Periode paling berbahaya dalam hubungan pasangan intim heteroseksual (bisa suami-istri atau kumpul kebo) adalah saat salah satunya mengatakan berpisah atau cerai.”
Maksudnya, ketika satu di antara pasangan memutuskan, kemudian mengatakan berpisah, orang yang mengatakannya dalam kondisi bahaya. Sebab, pada saat itu sampai beberapa hari kemudian, pasangan yang diceraikan dalam kondisi emosi negatif dan tidak stabil.
Karena emosi tidak stabil, si pria atau wanita bisa menyakiti, bahkan membunuh pasangan, sebagai balasan dari sakit hati.
Riset mereka yang dibukukan itu bertujuan menyelidiki tiga asumsi pertanyaan.
1) Apakah individu dengan putusnya hubungan romantis (pada saat pernyataan pemutusan hubungan) korban pemutusan hubungan menunjukkan gejala depresi?
2) Bagaimana mendeskripsikan karakteristik patah hati berdasarkan data dari kumpulan kuesioner yang komprehensif?
3) Apakah deskripsi itu dapat menangkap keparahan gejala depresi?
Di riset itu disebutkan bahwa korban pemutusan hubungan romantis dipastikan mengalami depresi, disebut major depression inventory (MDI). Kondisi korban seperti itulah yang sangat membahayakan keselamatan pasangan yang memutuskan, dan mengatakan pemutusan hubungan.