BALI, HARIAN DISWAY - Jika dinding bangunan di Puri Tampaksiring bisa bicara, mereka pasti akan bercerita tentang Soekarno. Presiden pertama RI itu beberapa kali berkunjung ke puri itu. Bahkan ketika masih anak-anak hingga remaja. Bersama ayah dan ibunya, Raden Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Jejak Soekarno di Puri Tampaksiring bisa ditilik. Ketika memasuki Puri Sarengkangin, kompleks timur puri, terdapat sebuah bangunan yang penuh dengan foto Soekarno. Berbagai pose Sang Proklamator, tergantung di dinding luar bangunan itu. Sebuah pintu kecil dan jendela yang tertutup. Tak boleh dibuka untuk umum.
"Bung Karno dulu pernah berdiam di rumah ini. Beristirahat jika sedang berada di Bali, diajak orang tuanya. Bahkan ketika sudah menjadi presiden," ujar Cok Gede Agung Semare Putra, perwakilan keluarga Kerajaan Tampaksiring.
Begitu juga dengan anak-anak Bung Karno. Mulai dari Guntur hingga Guruh Soekarnoputra. "Yang beberapa kali kemari itu Mas Guntur. Tiap ke sini selalu mengajak saudara-saudara saya bermain sepakbola," ujar pria 52 tahun itu.
Ketika telah menjadi Presiden, Bung Karno kerap berkunjung ke Istana Tampaksiring, kediaman raja yang dulu letaknya di Desa Manokaya. Ia meminta pada raja saat itu, Cokorda Made Oka, agar istananya dapat dijadikan ruang untuk menerima tamu-tamu kenegaraan saat berada di Bali.
Bung Karno memilih areal itu karena suasananya yang menawan. Di sebelah utara terdapat Gunung Batur, sebelah timur Gunung Agung. Nuansa persawahan berpetak-petak serta rerimbunan pohon. Tamu negara pasti tertarik dengan suasana itu. Pun dengan Sang Proklamator. Tempat itu sangat cocok baginya untuk merenung. Mempertajam pemikiran serta menyusun naskah pidato.
Karena permintaan itu, Cokorda Made Oka tak hanya setuju. Ia juga menghibahkan istananya untuk digunakan sebagai Istana Kepresidenan RI. Tempat itulah yang hingga kini menjadi Istana Presiden Tampaksiring. Presiden kerap menemui tamu-tamu negara di situ.
Setelah digunakan sebagai istana kepresidenan, keluarga raja berpindah ke Puri Tampaksiring yang ada di Desa Tampaksiring, Kelurahan Tampaksiring, Kecamatan Gianyar, yang ditempati seluruh trah kerajaan hingga saat ini. Di dalam puri tersebut masih ada jejak Soekarno yang lain. Yakni dua batang pohon leci. (Guruh Dimas Nugraha)