Soeharto sang Pahlawan

Soeharto sang Pahlawan

ILUSTRASI Soeharto sang Pahlawan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

PRESIDEN Ke-2 RI Soeharto diusulkan menjadi pahlawan nasional. Kontroversi langsung pecah. Pertanyaan pun muncul, Soeharto the Hero atau Soeharto the Villain, ’Soeharto sang pahlawan’ atau ’Soeharto sang Penjahat’?

Pertanyaan semacam itu pasti sulit dijawab. Setiap orang punya interpretasi yang berbeda-beda. Pertayaan tanpa pilihan semacam itu membuat tiap orang tersudut karena fait accompli.

Bagi yang pro terhadap pemahlawanan Soeharto, pertanyaan itu mudah dijawab, ”yes, Soeharto the Hero”. Tapi, bagi yang kontra, apakah akan setegas itu menjawab, ”no, Soeharto the Villain”. Tidak, Soeharto si Penjahat.

BACA JUGA:Prabowo Rangkul Oposan Era Soeharto

BACA JUGA:Jokowi, The Next Level Soeharto

Pelabelan sebagai penjahat bisa jadi terasa sangat keras dan pedas. Sebaliknya, menyematkan gelar agung Soeharto sebagai sang pahlawan tentu saja harus diberi catatan kaki. Atau, seperti promosi barang, harus ada asteris kecil (*) dan tertulis terms and conditions apllied, ’syarat dan ketentuan berlaku’.

Presiden pertama dan kedua, Soekarno dan Soeharto, sama-sama kontroversial. Perjalanan hidupnya penuh ilustrasi. Sampai sekarang Soekarno masih mempunyai banyak pemuja. Pun, Soekarno mempunyai sangat banyak pembenci.

Peran Bung Karno dalam proses kemerdekaan Indonesia tidak diragukan. Ketika situasi geopolitik berkecamuk hebat dan pasukan Sekutu bisa menghancurkan koalisi fasisme Jepang, Jerman, dan Italia, anak-anak muda revolusioner memaksa supaya East Indies segera merdeka. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali datang kepada Soekarno.

BACA JUGA:The Little Soeharto

BACA JUGA:Refleksi Kejatuhan Soeharto (21 Mei 1998–21 Mei 2025): Pelajaran Politik dari Soeharto

David van Reybrouck dalam buku Revolusi: Indonesia and The Birth of the Modern World (2025) menggambarkan situasi Indonesia memanas karena dunia berkecamuk setelah kekalahan pasukan fasis akibat jatuhnya bom atom di Nagasaki dan Hiroshima.

Reybrouck menggambarkan dengan detail suasana di East Indies dan di negara-negara Eropa dengan mewawancarai ratusan orang saksi mata yang sekarang masih hidup. Rata-rata usia saksi mata itu di atas 90 tahun dan ada yang sudah tembus 100 tahun.

Dari kesaksian mereka dan penelusuran dokumen yang njelimet, Reybrouck menggambarkan bagaimana Soekarno menjadi pahlawan sekaligus penjahat. Bagi Jepang, Soekarno ialah sahabat. Sebaliknya, bagi Inggris dan Belanda, Soekarno ialah penjahat yang harus segera ditangkap.

Menurut Roybrouck, hanya ada tiga kekuatan yang paling konsisten dalam melakukan perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme Belanda di East Indies dan kolonialisme secara umum di seluruh dunia. Tiga kekuatan itu adalah Islam, komunisme, dan nasionalisme.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: