Kepahlawanan Seni Rupa 'daripada' Soeharto
”JENDERAL TERSENYUM”, lukisan Dede Eri Supria tentang Presiden Soeharto. Lukisan itu digubah menjadi gambar mata uang. -Agus Dermawan T. untuk Harian Disway-
MANTAN Presiden Soeharto diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November lalu. Pro dan kontra bermunculan, dengan berbagai sudut pandang.
Namun, sejauh pembicaraan, sangat sedikit yang menyentuh kepahlawanan dan ketidakpahlawanan Soeharto alias Pak Harto dalam kesenian. Padahal, kesenian era Pak Harto (baca: Orde Baru) terlahir lengkap dengan plus minusnya.
Misalnya, realitas bahwa Orde Baru mengibarkan bendera ”seni bebas” dalam dunia cipta, sebagai antitesis ”seni terpimpin” yang dicanangkan Orde Lama. Pendirian gedung seni dan dewan kesenian di mana-mana. Pembinaan guru-guru seni di banyak kota dan desa.
BACA JUGA:FISIP Unair Gelar Diskusi Kritis: Apakah Soeharto Layak Jadi Pahlawan Nasional?
BACA JUGA:Soeharto Resmi Sandang Gelar Pahlawan Nasional, Diakui Atas Perannya di BKR Yogyakarta
Sebaliknya, realitas bahwa Orde Baru selalu menyidik dan memberedel konten karya seni yang ditafsirkan mengganggu kekuasaan dan spirit bangsa. Seperti yang terjadi pada beberapa pementasan Bengkel Teater dan Teater Koma.
Pun, acara baca puisi W.S. Rendra. Pelarangan musik Gending Sriwijaya dan lagu melankoli bernada patah hati dan penampilan Iwan Fals. Penyingkiran barongsai dan wayang potehi. Sampai karya sastra Pramoedya Ananta Toer yang diringkus agar mati.
Menyorot yang lebih spesifik, dalam dunia seni rupa ubag-ubeg plus-minus seperti itu juga ada, yang apabila diceritakan nyaris tak ada habisnya. Berikut adalah petikan peristiwa dalam rentang 30 tahun Pak Harto berkuasa.
BACA JUGA:Refleksi Kejatuhan Soeharto (21 Mei 1998–21 Mei 2025): Pelajaran Politik dari Soeharto
BACA JUGA:Soeharto sang Pahlawan
PRESIDEN TAK PERNAH SELESAI
Syahdan pada 1977 di Galeri Senisono Yogyakarta, dalam pameran Kepribadian Apa, muncul lukisan Ronald Manulang yang menggambarkan sosok Soeharto.
Lukisan itu oleh Ronald sengaja tidak diselesaikan sehingga ada bagian-bagian yang masih kosong. Lukisan itu pun diberi judul Presiden yang Tak Pernah Selesai. Beberapa hari setelah pembukaan pameran, Ronald diinterogasi polisi.
”Presiden yang Tak Pernah Selesai, apa maksudnya?” tanya polisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: