HARIAN DISWAY – Rihanna mundur dari posisi sebagai CEO di perusahaan pakaian dalam miliknya, Savage X Fenty. Sebagai ganti, dia menunjuk mantan CEO Anthropologie Group, Hillary Super. Dengan begitu, penyanyi yang sedang mengandung anak kedua itu tak lagi mengurus perusahaan dari hari ke hari. Tapi memimpin perusahaan dari level lebih tinggi.
’’Indah sekali melihat visi kami di Savage X Fenty mempengaruhi industri fashion selama lima tahun terakhir ini. Kami melihat perubahan yang signifikan,’’ ungkap Rihanna dalam pernyataan yang dikutip Vogue Business.
Serah terima jabatan CEO dari Rihanna ke Hillay Super bakal berlangsung pada Senin, 26 Juni 2023 mendatang. ’’Ini adalah awal baru untuk kami. Kami pasti akan meluaskan skala usaha dengan tetap mengedepankan kebutuhan konsumen,’’ lanjut pelantun Umbrella tersebut.
Rihanna menunjuk Hillary Super setelah melihat kinerja perempuan berambut merah tersebut di Anthropologie Group. Sebelumnya, dia sukses memimpin sejumlah brand kelas menengah. Di antaranya American Eagle, Gess, Gap, dan Old Navy.
Anthropologie sendiri adalah toko ritel asal AS yang merupakan anak perusahaan Urban Outfitters. Bergerak di bidang garmen (pakaian), kosmetik, aksesori, sepatu, dan peralatan rumah tangga.
Selama memimpin Anthropologie, Hillary Super sempat masuk ke daftar 40 Perempuan Hebat di Usia 40 Tahun 2017 versi Forbes. Dia dianggap sukses merevitalisasi bisnis ritel, dan berani mendobrak berbagai stereotipe. ’’Hillary adalah pemimpin yang kuat. Dia berfokus untuk membawa bisnis ini ke level yang lebih tinggi,’’ jelas Rihanna.
Savage X Fenty diluncurkan 2018, dan langsung diterima baik oleh pasar. Ia menjadi brand pakaian dalam favorit konsumen. Karena memiliki keragaman yang luas. Tersedia dalam berbagai ukuran, bahkan mengakomodasi perempuan plus size. Pilihan warnanya kuga cocok dikenakan beragam warna kulit.
Perusahaan itu, bersama dengan lini kosmetik Fenty Beauty, berhasil mengantar Rihanna menjadi miliarder. Kekayaan perempuan 35 tahun itu ditaksir mencapai USD 1,4 miliar. Atau setara dengan Rp 21,06 triliun. (*)