SANG kapten Ilkay Gundogan sudah pergi. Yang barusan datang itu Mateo Kovacic. Keduanya itu berbeda, lho! Ia bertipe gelandang box-to-box ideal. Bakatnya jangan ditanya. Secara teknis, ia ulet. Secara taktis, ia cerdik. Karena kelebihannya itulah, Kovacic menjadi andalan tiga manajer Chelsea. Selalu ada tempat untuk Kovacic.
Rumor kepindahan Kovacic dari Chelsea ke Man City FC sudah tersiar sejak awal bulan ini. Kovacic harus bersaing dengan dua sosok lain. Yakni, Jude Bellingham yang akhirnya merapat ke Real Madrid. Juga, Declan Rice. Sayangnya, West Ham jual mahal. Uang yang diminta kelewat banyak.
Belum lagi, kepastian ”perginya” beberapa pemain pilar City musim panas ini. Tapi, hanya beberapa jam kemudian, muncul kabar bahwa gelandang Jerman Gundogan akan bergabung dengan Barcelona musim panas ini dengan status bebas transfer.
Berita itu membuat alasan penandatanganan Mateo Kovacic menjadi lebih jelas. Pep sudah berminat sejak lima tahun lalu. Namun, Chelsea jadi yang paling beruntung saat itu.
Kovacic telah memainkan total rata-rata 69 operan per 90 menit musim lalu. Itu total operan tertinggi kelima di Liga Premier di antara gelandang tengah yang bermain reguler.
Ia datang ke City dengan 4 kesuksesan Liga Champions atas namanya, 3 dengan Real Madrid, dan 1 bersama Chelsea.
Baca Juga : Tawaran Arsenal untuk Declan Rice Bikin Man City Mundur Alon-Alon
Gelandang asal Jerman sekaligus ”kapten” Man City telah memberikan banyak pengalaman yang akan segera hilang dari Pep Guardiola seiring kepergian Ilkay Gundogan.
Seperti juga Gundogan, Kovacic mampu bermain lebih jauh ke depan, tetapi lebih memilih peran yang lebih defensif.
Saat bersama Chelsea FC, Kovacic lebih diposisikan sebagai ”double pivot”. Area bermain gelandang timnas Kroasia itu lebih banyak di sepertiga lapangan tengah meski sempat beberapa kali naik hampir masuk ke sepertiga lapangan akhir lawan.
Berbadan tinggi besar khas Eropa Timur, nyatanya ia tidak punya fitur bertahan kokoh. Kemampuan ”scanning area”-nya kurang cepat sehingga sering kali lawan bisa memanfaatkan kekurangannya itu. Meski sedikit terlambat, Kovacic masih bisa bertanggung jawab menghentikan gerak lawan.
Kovacic bertipe gelandang ”ball winning”. Artinya, ia pegang bola, jangan harap lawan bisa merebutnya kecuali dihentikan paksa. Fitur akurasi passing pendek maupun umpan lambung jauh adalah keunggulan bakatnya. Ia tidak memiliki akurasi shoot langsung ke gawang yang baik.
Beda dengan Gundogan, yang lebih banyak di posisikan sebagai duet gelandang serang di belakang Haaland. Sepanjang EPL musim lalu, Gundogan lebih menghabiskan waktu di sepertiga lapangan akhir lawan.
Tak jarang juga ia sering terlibat build up dari garis tengah. Ia bahkan lebih sering menjaga posisi tengah untuk penguasaan bola. Ya, City lebih sering menggunakan garis bertahan tinggi untuk menekan lawan.
Sebagai perbandingan, Kovacic hanya mencetak 24 gol dalam 491 penampilan klub dibandingkan dengan 110 gol Gundogan dalam 557 penampilan sepanjang karier.