HARIAN DISWAY - Dalam perkembangan dunia pangan, penemuan daging budidaya laboratorium atau lab grown meat jadi salah satu terobosan paling revolusioner. Penemuan itu merupakan langkah signifikan yang diprediksi akan mengubah industri daging peternakan ke laboratorium. Katanya, akan lebih ramah lingkungan.
Penelitian mengenai daging budidaya laboratorium dimulai pada tahun 2000-an. Sebagai tanggapan terhadap kekhawatiran terhadap dampak industri peternakan pada lingkungan dan kesejahteraan hewan, ilmuwan berusaha mencari solusi alternatif untuk memproduksi daging yang tidak melibatkan pemotongan hewan.
Pada tahun 2013, sebuah perusahaan Belanda bernama Mosa Meat, yang dipimpin oleh ilmuwan Mark Post, mengumumkan bahwa mereka berhasil menciptakan lab grown meat yang pertama kali dibuat dari sel-sel hewan. Proses produksi daging itu melibatkan pengambilan sampel sel-sel hewan hidup dan pembiakan menggunakan teknik bioteknologi.
Pada tahun 2015, Mosa Meat menghadirkan momen bersejarah ketika mereka mempersembahkan burger lab grown meat pertama di dunia. Burger tersebut dibuat dengan menggunakan jaringan otot sapi yang diperoleh melalui proses biopsi dan pengembangbiakan dalam lab. Meskipun burger tersebut masih sangat mahal, namun langkah itu penting dilakukan untuk memperkenalkan konsep daging buatan kepada masyarakat luas.
BACA JUGA:Menikmati Daging Steak Premium Selection MB 9+ Sebaiknya Jangan Melebihi Well Done
BACA JUGA:Jatim Masih Butuh Laboratorium Halal
Sejak saat itu, penelitian dan pengembangan dalam bidang daging budidaya laboratorium terus berlanjut. Banyak perusahaan dan institusi penelitian di seluruh dunia terlibat dalam upaya menciptakan metode produksi yang lebih efisien dan terjangkau.
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri peternakan, mengurangi pemusnahan hewan, serta memberikan sumber pangan yang berkelanjutan dan aman bagi populasi manusia yang semakin meningkat.
Sentra peternakan sapi di Desa Cangkingan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu.
Pada masa sekarang, daging dari lab itu semakin mendapatkan perhatian dan minat dari berbagai pihak. Banyak investor dan perusahaan besar yang tertarik untuk berinvestasi dalam pengembangan teknologinya. Pada tahun 2020, Singapura menjadi negara pertama yang mengizinkan penjualan daging budidaya laboratorium di pasar konsumen.
Berapa harga daging buatan laboratorium?
Dilansir dari GFC Global, hamburger dengan daging buatan dibikin untuk kali pertama dengan biaya USD 325.000 atau setara Rp 526 miliar. Tentu harganya mahal, karena itu yang pertama. Namun seiring kemajuan teknologi, biaya produksi daging buatan diharapkan bisa jauh lebih murah.
Mosa Meat memperkirakan harganya bisa menyamai daging alami di pasaran. Yakni USD 80 per kilogram. Atau setara Rp 120 ribu. Bahkan jika diproduksi secara massal, harganya diprediksi lebih murah dari daging alami. (*)