Secara keseluruhan, tidak ada yang berubah dari aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Bahkan sejak sekolah kedokteran bernama Ned-Indische Artsen School (NIAS) didirikan pada 1923 silam. Cuma, ada beberapa ornamen yang ternyata sudah diganti.
"ADA satu interior yang tidak orisinal," ungkap Dekan FK Unair Prof Budi Santoso saat acara Peringatan 100 Tahun Aula FK Unair, Rabu, 5 Juli 2023. Ia menunjuk plafon yang melengkung itu. Yang warnanya sudah tak asli. Sebab, sebetulnya plafon krem berkombinasi abu-abu itu baru dicat beberapa tahun silam. Warna aslinya cokelat. Bukan cat, tetapi full pelitur. Itulah yang menjadi PR Prof Budi hingga kini. Ia diingatkan langsung oleh mendiang Prof Soedarso, rektor Unair periode 1984-1993. Tepat sebelum yang bersangkutan meninggal Mei 2022 lalu. "Almarhum mengusulkan ke kami supaya dipelitur kembali," tandasnya. Dengan begitu aula memang akan menjadi lebih gelap. Tetapi, bagaimanapun harus segera dikembalikan ke bentuk asalnya. BACA JUGA : Satu Abad Aula Fakultas Kedokteran Unair (1 ): Pertahankan Orisinalitas Demi Kesakralan BACA JUGA : Dokter Spesialis dan Kualitas Layanan Kesehatan BACA JUGA : Urgensi Dokter Spesialis Kelautan Berbasis Kompetensi dan Kemanusiaan Ia pun menyadari tidak seluruh gedung heritage itu orisinal seratus persen seperti sejak awal berdiri. Ada sekitar 10 persen yang sudah berubah. Karena butuh perbaikan di sana-sini. Terutama ornamen-ornamen berbahan kayu. Catnya cepat mengelupas. Akhirnya terpaksa kerap dicat ulang. Tentu dengan perlakuan khusus. Sebab, kualitas bahan ornamen itu memang sangat berkualitas. Usianya sudah 100 tahun tetapi tetap kukuh. Maka setiap proses perbaikannya pun butuh waktu lama. "Bisa berbulan-bulan. Pintu ruang dekan saja pernah diperbaiki, lama sekali," kenang Prof Budi. Apalagi aula yang lebih luas itu. Tentu estimasi waktunya lebih lama lagi. Tak hanya itu. PR perbaikan juga mencakup keseluruhan bagian gedung. Ada tantangan baru. Sebab, kini FK Unair dikepung jalan raya dan kompleks bangunan lain yang makin banyak. Saat hujan lebat, air dari jalan meluber. Bisa masuk ke gedung yang wilayahnya lebih rendah. "Ini sudah kami bicarakan. Ada kerja sama dengan arsitek ITS. Memang sulit, tapi mudah-mudahan ada solusi," terang Prof Budi.Kemegahan aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.-Ahmad Rijaludin Erlangga-Harian Disway- Mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pernah menawarkan bantuan perbaikan. Tetapi, pihak FK belum mau mengambilnya lantaran belum ada masalah yang terlalu. Memilih untuk membiayai mandiri. Prof Budi tak merinci besaran anggaran yang dibutuhkan. Yang jelas, sudah dimasukkan ke rencana kerja dan anggaran tahunan FK Unair. "Sekalian kami akan mulai membangun satu gedung 16 lantai. Ini untuk menampung perkuliahan mahasiswa," jelasnya. Founder Surabaya Heritage Society Freddy H. Istanto sangat berterima kasih kepada jajaran pimpinan FK Unair. Lantaran mau melindungi dan merawat bangunan bersejarah itu dengan baik. Juga selalu dimanfaatkan untuk aktivitas normal perkuliahan. "Karena kalau bangunan heritage didiamkan, freezing , ya pasti selesai sebagai catatan sejarah," ungkapnya. Di luar negeri pun demikian. Bangunan cagar budaya selalu dirawat dan dimanfaatkan. Bahkan dimasakinikan tanpa menghilangkan unsur-unsur kesejarahannya. Di Surabaya, sebetulnya banyak bangunan heritage. Baik peninggalan kolonial maupun yang bukan. Meski, tidak semua ornamen bangunannya bertahan orisinalitasnya. Termasuk gedung FK Unair. Bukan hanya plafon di aula saja yang berubah. Ada juga lantai yang tak lagi asli. "Dikeramik bling-bling . Saya patah hati langsung begitu pertama masuk ke sini," ujar dosen arsitektur interior Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra itu.
Kursi klasik di balkon aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang sudah bertahan selama seratus tahun.-Ahmad Rijaludin Erlangga-Harian Disway- Perbaikan dan renovasi sebuah bangunan heritage memang kerap tak terelakkan. Tetapi, kata Freddy, lebih baik tetap menyesuaikan dengan komposisi bangunan. Agar tetap serasi dan tak kontras. Ia pun mendukung penuh jika plafon aula dipelitur ulang. Tentu akan menjadikan nuansanya lebih gelap. Tetapi itu lebih otentik. Bisa mengembalikan suasana yang sakral lagi. Begitu pula berbagai ornamen lain yang telanjur diubah. Sebaiknya diserasikan kembali dengan tema bangunan. Sebab, bangunan heritage ini punya potensi yang besar. "Selain untuk perkuliahan, bisa juga difungsikan sebagai museum," tandas Freddy. (Mohamad Nur Khotib)