YOGYAKARTA, HARIAN DISWAY – Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) baru saja mengukuhkan ratusan wisudawan ujian sertifikasi profesi. Bersamaan dengan dihelatnya Konferensi Auditor Internal (KAI) 2023 pada 5-6 Juli di Hotel Tentrem, Yogyakarta. Menghadirkan tema Building Resilience in TUNA World; Control Your Future or Someone Else Will .
Acara dibuka dengan penampilan Tarian Nusantara. Yakni kolaborasi tarian khas berbagai daerah. Ini mencerminkan para auditor internal yang punya keahlian lengkap. Mulai dari komunikasi, inisiatif, profesional, skeptis, analisis, critical thinking , dan empati. "KAI 2023 ini merupakan ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman dari para praktisi khususnya para komisaris, direksi, auditor internal, dan juga para regulator," kata Ketua Pembina YPIA Dr Ardan Adiperdana Ak MBA CA CFrA FCMA QIA QGIA dalam sambutannya. Merekalah yang selalu menghadapi kondisi dinamis. Tentu, lewat acara ini diharapkan bisa menemukan solusi terbaik. Lantaran KAI yang rutin digelar tiap selalu punya peran penting. Yakni sebagai ajang pertukaran pandangan untuk meneropong masa depan. BACA JUGA : Setelah Nilai Tukar Rupiah, Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi Melemah BACA JUGA : Perputaran Ekonomi Melejit, Peluang Lolos Resesi karena Idulfitri "Karena KAI adalah bentuk dedikasi dan komitmen YPIA, sudah jadi acara rutin tahunan sejak berdiri pada 28 lalu," tandas Ardan. Juga wujud komitmen dan hasil nyata untuk mengembangkan profesi. Sebagai kontribusi yang konsisten terhadap kemajuan bangsa. KAI 2023 menghadirkan dua pembicara kunci. Pertama, Komisaris Utama PT Bank Mandiri (Persero) Dr Muhammad Chatib Basri SE MEc. Menyampaikan topik Building Resilience in Indonesia Dynamic Economy . Chatib membuka dengan pernyataan bernas. Bahwa Turbulence, Uncertainty, Novelty, and Ambiguity (TUNA) akan dihadapi oleh semua negara dalam beberapa tahun ke depan. Tak terkecuali Indonesia. Persoalannya, bidang audit kerap tidak menjadi perhatian utama. Apalagi bila perekonomian perusahaan tengah dalam kondisi bagus. Padahal, peran audit begitu penting dalam semua kondisi. "Ibarat air di sungai deras dan volumenya tinggi, batu dan kotoran tak terlihat. Begitu surut, pasti akan terlihat, itulah fungsi audit," lanjut Chatib. Ia pun langsung menyinggung soal dampak situasi ketidakpastian perekonomian global. Terutama setelah melewati tiga tahun pandemi Covid-19. Ini bisa dilihat dari inflasi Amerika Serikat yang begitu tinggi. Hingga memaksa Bank Sentral menaikkan suku bunga. Implikasinya, ekonomi AS melambat dan merembet ke perekonomian global. "Mantan menteri keuangan AS bilang The Fred kesulitan ambil langkah dalam waktu pendek," jelasnya. Sebab, pasar di AS sangat ketat. Tingkat pengangguran pun menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Padahal, kesempatan kerja terbuka luas.FOUNDER HARIAN DISWAY Dahlan Iskan (kanan) bersama Ketua YPIA Setyanto P Santosa (kiri) dan Auditor Ahli Utama BPKP Daryanto (tengah) di Konferensi Audit Internal (2023) di Hotel Tentrem Yogyakarta.-Harian Disway- Sayangnya, setelah pandemi, tidak semua warga AS kembali ke pasar kerja. Inilah yang terjadi. Permintaan begitu tinggi, tetapi supplier amat terbatas. Pasar tenaga kerja pun makin ketat. Tingkat upah juga makin meroket. Sebab, orang-orang hanya mau kerja bila digaji besar. Biaya produksi pun melambung. Dan kenaikan inflasi tak terbendung. Itulah kenapa perekonomian global saat ini masih dalam ketidakpastian. Belum lagi, pengaruh tensi geopolitik di Eropa. Perang Ukraina-Rusia membuat pasokan gas dikurangi ke Eropa. Akhirnya negara-negara Eropa mencari alternatif energi lain. Ini juga yang menyebabkan harga batu bara bisa naik 4-5 kali lipat. "Kalau ekonomi global melambat, permintaan input akan turun," ucap Chatib. Maka harga energi dan komoditas juga ikut turun. Ekonomi Indonesia pun terkena dampaknya lantaran 60 persen ekspornya didominasi energi komoditas. Setidaknya, dampak fiskal. Yakni penerimaan negara akan turun. Sebab, sumber pajak terbesar dari ekspor energi dan komoditas. Sebegitu kompleksnya persoalan ekonomi global. Namun, KAI juga menyertakan wacana solutifnya. Yakni melalui pembicara kunci kedua: Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Viviana Dyah Ayu Retno K. Dyah berbicara topik The Strategy of Growing Better & Stronger to Lead The Future -Case of Bank Rakyat Indonesia . Mengulas bagaimana BRI bisa makin tumbuh dan menguat. Setidaknya dalam strategi lima tahun terakhir. Ada peluang dan tantangan ke depan yang harus dipahami bersama. Misalnya, populasi penduduk Indonesia yang makin membengkak. Diprediksi tembus 294 juta pada 2030 nanti. Dari jumlah itu, akan ada 40 juta orang usia dewasa. Ini berarti total bankable population juga akan bertambah jadi 205 juta orang. "Dan 15 juta orang akan ke bank baru. Inilah tantangan sekaligus kesempatannya. Bagaimana masing-masing institusi merespons," ujarnya.
PESERTA KONFERENSI mengajukan pertanyaan di sesi diskusi di Hotel Tentrem Yogyakarta.-Harian Disway- Yang menarik, kata Dyah, adalah posisi UMKM. Lantaran jumlahnya mendominasi hingga 97 persen. Bahkan berkontribusi 50 persen terhadap PDB. Sektor UMKM ini tumbuh cepat. Tetapi, harus diarahkan dengan baik. Setidaknya harus mengikuti kemajuan zaman. Misalnya, dengan memperkuat literasi digital. Maka investasi di dunia digital sangat mendesak. "Jadi, TUNA World itu real, nyata, dinamikanya ada," ungkap Dyah. BRI pun mau tak mau harus adaptasi. Apalagi BRI punya tugas khusus dari pemerintah sejak awal berdiri. BRI didesain untuk berkecimpung mengurusi uang-uang kecil. Maka, nilai ekonomi dan sosial harus berjalan seiring. Lima tahun terakhir, BRI fokus pada tiga jalan inovasi. Yakni inovasi model bisnis, sumber pertumbuhan baru, dan cost to serve serta cost of credit . "Ketiga poin inilah yang membuat kami tumbuh lebih baik, lebih kiat," tandas Dyah. (Mohamad Nur Khotib)