HARIAN DISWAY- Kehilangan sosok penting di dalam keluarga sangatlah menyakitkan dan meninggalkan rasa sedih yang mendalam. Itulah yang diungkapkan oleh para frater yang sangat dekat dengan sosok mendiang Monsinyur Sutikno.
Frater adalah sebuah panggilan bagi umat Katolik yang mengambil keputusan untuk memberikan seluruh hidupnya bagi Tuhan. Mereka adalah calon pastor yang sedang menempuh pendidikan di seminari.
Kedukaan itu tampak pada Misa Requiem kedua pada 11 Agustus 2023. Bertempat di Gereja Hati Kudus Yesus Katedral Surabaya. Para Frater turut hadir dan mengikuti misa dari awal hingga akhir.
Tampak raut wajah sedih. Suasana duka menyelimuti mereka. Sosok bapak yang menjadi kepala keluarga seminari di lingkungan Keuskupan Surabaya kini telah tiada.
BACA JUGA: Mengenang Uskup Surabaya yang Bersahaja, Penyuka Mobil Taft Kebo
Salah satu yang merasa ditinggalkan mendiang Monsinyur Sutikno adalah Frater Ivan Andika. Frater dari Seminari Tinggi Providentia Dei tingkat empat tersebut turut merasakan kehilangan. "Mendiang merupakan representasi keuskupan Surabaya," tutur Frater Ivan.
Yang membuat Frater Ivan langsung ingat dari sosok mendiang adalah sikap dan tindakan Monsinyur Tik. Mendiang sangat memperhatikan semua frater. Segala hal terkait pembangunan infrastruktur dan fasilitas dibangun memadai bagi para frater. Tindakan yang selalu mengutamakan calon imam daripada kepentingan sendiri.
Baginya, mendiang merup akan sosok bapak yang sangat perhatian. Sosok bapak yang punya dedikasi dan berhati mulia. Mendiang memberikan kedekatan dengan para frater. Mulai dari saling mengobrol, memberikan semangat, dan mengarahankan para frater untuk terus maju dan pantang mundur .
Tindakan mendiang lainnya yang menjadi teladan bagi Frater Ivan adalah menerima panggilan Tuhan. "Mendiang menikmati dan menjalani hidupnya sebagai seorang imam dan saat terpilih menjadi uskup," sambungnya dengan hati kagum.
Foto Frater Yubil (Kiri) yang sedang berselfie dengan teman (kanan)--Instagram @yustinusyubileoItulah yang dirasakan oleh frater lain, Frater Yustinus Yubileo. Berasal dari Seminari Tinggi Providentia Dei tingkat empat, Frater Yubil juga merasakan kehilangan sosok bapak. "Bila ada frater yang sakit, langsung dibawa ke Rumah Sakit Gotong Royong. Atau diberikan perawatan yang terbaik dari keuskupan," jelas Frater Yubil, nama panggilannya.
Yang ditekankan oleh Frater Yubil adalah sosok heroik di dalam diri mendiang uskup. Monsinyur Sutikno sangat ingin mengenal seluruh calon imamnya, frater, sekaligus seluruh umatnya.
BACA JUGA: Riwayat Sakit Uskup Surabaya Mgr Sutikno, Wafat Pada Usia 69 Tahun
"Mendiang kerap melakukan touring di banyak stasi. Lebih dari itu, mendiang bersedia terjun langsung ke umat dan mencari tahu kondisi umat. Apa yang dicita-citakan keuskupan dapat terwujud. Dengan begitu, semakin lama bisa semakin mengenal keluarga di keuskupan Surabaya," imbuhnya.
Ada perkataan mendiang yang paling diingat dari perkataan mendiang Monsinyur Sutikno kepada Frater Yubil. Sewaktu pelepasan tahun rohani menuju ke Seminari Tinggi Providentia Dei. Perkataan yang di dalamnya mengandung sebuah janji.
Frater Yubil mengatakan bahwa Monsinyur Sutikno berjanji akan menahbiskan angkatan Frater Yubil jika dirinya masih sehat. Namun, Tuhan berkehendak lain. Tuhan telah memanggil Mgr Sutikno lebih dahulu. Selamat jalan... (Wehernius Irfon)