SEOUL, HARIAN DISWAY – Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol geram bukan kepalang. Serangkaian penusukan massal mengguncang Negeri Ginseng itu sejak akhir Juli 2023.
Kantor berita Agence France-Presse pun merilis bahwa Yoon mengeluarkan ancaman pada 4 Agustus 2023. Ia minta polisi tidak ragu. Aparat boleh menggunakan apa pun—termasuk senjata api—untuk menghentikan kejahatan tersebut. Serangan terakhir terjadi pada Kamis, 3 Agustus 2023, di stasiun Seohyeoun, Bundang, Distrik Seongnam, sekitar 20 kilometer di tenggara Seoul. Ketika itu, seorang pengemudi mobil tiba-tiba nyelonong ke area pejalan kaki. Setelah itu, ia menyerang orang-orang di pusat perbelanjaan. Setelah itu, pada Jumat, 4 Agustus 2023, seorang lelaki menikam seorang guru di SMA Songchong, Dejeon. Associated Press melansir bahwa pelaku menunggu di luar kelas sebelum menggila. Untung, orang sinting itu bisa ditangkap oleh polisi. BACA JUGA : Trauma, Nobar di Korsel Batal BACA JUGA : 39 Orang Tewas, Presiden Korsel Janji Reformasi untuk Kesiagaan Bencana Sebelumnya, 21 Juli 2023, ada lelaki yang menikam empat pejalan kaki di Seoul. Ia beraksi di dekat stasiun kereta bawah tanah Silim. Seorang korban meninggal. Tiga lainnya luka-luka. Insiden lain terjadi pada 26 Mei 2023. Jung Yoo-jung, perempuan pengangguran berusia 23 tahun, memutilasi guru privatnya. Dia beraksi seorang diri. Polisi pun menjerat perempuan berkaca mata itu dengan pasa pembunuhan berencana. Kasus demi kasus itu pun menyita perhatian Presiden Yoon. Ia menyebut bahwa membawa senjata tajam di stasiun kereta adalah kejahatan luar biasa. ’’Itu adalah bentuk terorisme terhadap warga sipil yang tak berdosa,’’ katanya dalam pernyataan resmi. Yang membikin geram, pelaku-pelaku lain bermunculan. Atau setidaknya orang-orang yang bikin heboh di media sosial dengan mengaku akan meniru kejahatan tersebut. Polisi pun bertindak. Hingga kini sudah ada 54 orang yang dimasukkan di dalam daftar buronan. Dan sebagian di antaranya adalah anak di bawah umur. "Kami akan memaksimalkan penggunaan kekuatan polisi. Kami kerahkan polisi setempat, unit polisi anti huru-hara, dan detektif," kata Yoon Hee-keun, Komisaris Jenderal Badan Kepolisian Nasional.Warga Seoul menikmati matahari terbenam di tepi Sungai Han. Negeri itu cukup aman dari tindak kriminalitas.-ANTHONY WALLACE-AFP- Polisi Korea Selatan memang membawa pistol. Tetapi, mereka biasanya sangat enggan mencabut senjata. Kini, mereka tidak boleh lagi ragu-ragu untuk menggunakan senjata yang sah. Termasuk pistol dan taser atau alat pelumpuh. Terutama ketika menghadapi kejahatan berpisau. "Pemeriksaan dan pemeriksaan akan sangat selektif. Tersangka berpisah yang berperilaku ganjil akan diawasi secara khusus,’’ kata Yoon Hee-keun. Kementerian Kehakiman Korsel juga sedang menggagas ide untuk mengenakan hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat. Terutama untuk kejahatan keji seperti itu. BACA JUGA : Liburan Antimainstream di Korea: Keliling Incheon Dalam Dua Hari Sebenarnya, Korsel termasuk negara yang aman. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021, tingkat pembunuhan di Korsel sebesar 1,3 per 100 ribu penduduk. Bandingkan dengan negara lain yang rata-ratanya 6 pembunuhan per 100 ribu penduduk. Karena itu, warga Korsel pun sangat gelisah. "Saya menyarankan ibu saya agar dia membawa sesuatu untuk membela diri. Tetapi, saya tetap tidak bisa tenang,’’ ucap salah seorang pengguna Twitter yang kini di-rebranding menjadi X. ’’Saya selalu bilang kepada anak saya bahwa ia harus berhati-hati saat di luar negeri. Di sana banyak kejahatan bersenjata. Eh, kini saya merasa lebih takut berada di Korea Selatan,’’ ucap Lee Young-ja, seorang warga. (Ribka Julia Brillianti)