SURABAYA, HARIAN DISWAY – Nandhang. Dalam bahasa Madura artinya menari. Dari tradisi nandhang Madura, koreografer Sri Cicik Handayani terinspirasi membuat karya koreografi berjudul sama.
Cicik menari dengan sentuhan latar teknologi digital. Visual sorot yang dilakukan dua kru di kiri dan kanan panggung, menunjukkan beberapa gambar ornamentik, serta buncahan-buncahan warna yang menarik.
Cicik mencoba membuka dan membaca ulang mengenai pemaknaan yang kuat dalam aktivitas nandhang yang dilakukan oleh perempuan tandhak dalam kesenian Tayub Madura di Sumenep.
BACA JUGA: Buka Sawung Dance Festival, Seniman Hari Ghulur Maknai Tahlil lewat Tarian Berjudul Silo
BACA JUGA: Seru! Sawung Dance Festival 2023 hadir di Surabaya
Dalam konteksnya, penari dan menari menjadi objek keberlangsungan suatu tradisi masyarakat.
“Fenomena dan peristiwa yang terjadi dalam ruang-ruang perempuan tandhak karena peranannya yang kompleks pada tatanan dan segala hal yang terjadi,” ujarnya.
Fenomena yang saling berkesinambungan, menimbulkan kesan serta pesan terdalam bagi perempuan tandhak itu sendiri serta orang diluar mereka.
Selain menari, Cicik melagukan tembang berbahasa Madura. Penari lain di belakangnya adalah seorang lelaki. Tanpa banyak bergestur. Hanya memandangi sembari sesekali merekam tarian Cicik menggunakan smartphone.
Ia menghampiri Cicik. Pria berpeci itu kemudian turut berdendang lagu berbahasa Madura.
Menurut Cicik, karyanya itu mencoba membaca dan mengembangkan fenomena yang terjadi dan spirit seorang perempuan tandhak sebagai bahan eksplorasi.
“Metodenya dengan memainkan pola empiris yang ada pada tubuh koreografer tentang kesenian Tayub Madura,” ujarnya.
Kesan erotis itu tampak, namun dibalut dengan gaya kontemporer yang apik. Cicik menjadi satu dari beberapa penampil dalam event Sawung Dance Festival.
Acara itu digelar pada 22-23 September 2023. Cicik tampil pada hari kedua, di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Surabaya.
Pada hari pertama telah tampil para penari cilik dari Sawung Dance, untuk membuka pementasan. Kemudian karya koreografi berjudul Silo, yang dibesut oleh koreografer Hari Ghulur.
Sawung Dance Festival merupakan gelaran tari kontemporer yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Itu menjadi ruang bagi para koreografer di Jawa Timur untuk menampilkan karya mereka.
Koordinator sekaligus founder Sawung Dance, Sekar Alit, mengatakan, “Event ini adalah upaya kami demi keberlanjutan ekosistem tari di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.”
Pun, Sawung Dance Festival selalu melibatkan para koreografer muda yang terjaring melalui kurasi. Seperti penampilan Putri Ameilia dengan karyanya, Fomo on Tiktok.
Setelah gelaran Sawung Dance Festival, Sekar dan kawan-kawan akan mempersiapkan world tour, atau tur menari keliling dunia pada 2024. (*)