Wasekjen PBNU HM Najib Azca: Awas Generasi Ababil Rentan Terperosok Ideologi Islam Garis Keras!

Minggu 24-09-2023,13:42 WIB
Reporter : Lailiyah Rahmawati
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Islam di Indonesia terus menghadapi pelbagai tantangan. Kemajemukan Indonesia bagai pisau mata dua yang satu sisi menjadi berkah, sedang satu sisi lain menjadi ancaman.

Khususnya ancaman perpecahan akibat provokasi dan konflik. Di sisi lain ancaman krisis ideologi membayangi generasi "ababil" atau anak muda masih labil yang mudah terbawa idelogi Islam garis keras.

Di sinilah, ulama, pondok pesantren,dan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai benteng pertahanan Indonesia saat ini sehingga Indonesia menjadi kiblat Islam sedunia sebagai negara majemuk yang damai. 

Perbincangan tersebut disampaikan oleh HM Najib Azca, Ph.D saat menjadi narasumber seminar nasional di Ponpes Bayt Al-Hikmah, Kota Pasuruan, Minggu, 24 September 2023.

BACA JUGA: Film Pesantren Diputar di Wisma Jerman, Luruskan Kesalahpahaman Tentang Islam dan Dunia Pesantren

Najib menyatakan, saat ini tantangan Indonesia adalah krisis teknologi dan ideologi. Krisis Ideologi menyasar anak-anak muda yang masih labil. Dengan kondisi mental yang masih labil menjadikan mereka mudah digiring masuk dalam Islam garis keras.

"Tantangan Indonesia menghadapi krisis ideologi cukup serius. Karena sasarannya adalah anak-anak generasi ababil alias anak-anak yang masih labil, diarahkan pada Islam garis keras," kata Mujib.

Di sinilah, peran ulama, pondok pesantren, santri, dan NU dibutuhkan. NU dengan cara dakwahnya yang sejuk dan menghormati kemajemukan saat ini menjadi benteng pertahanan bagi Indonesia dari krisis ideologi. Karena kemajemukan Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. 

"Indonesia mengalami banyak tantangan. Misalnya, tantangan di bidang militer. Pasca reformasi 1998 banyak negara meramal Indonesia tamat. Tapi nyatanya Indonesia masih kuat hingga sekarang karena jasa ulama," imbuh Najib yang juga sebagai Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM.

BACA JUGA: Peringatan Hari Perhubungan Nasional di Kota Pasuruan Undang Jukir, Sopir Angkot, dan Tukang Becak

KH. M. Idris Hamid yang juga hadir di seminar nasional itu mengatakan bahwa NU tidak bisa dipisahkan dari sejarah meraih kemerdekaan Indonesia.

Seorang ulama besar KH Hasyim Asyari sebagai motor penggerak perlawanan 10 Nopember 1945 di Surabaya yang dikenal sebagai resolusi jihad menjadi bukti bahwa NU adalah tameng bagi Indonesia hingga saat ini.

"Jika tanpa ulama mustahil Indonesia bisa merdeka di tahun 1945. Itu berkat jasa para ulama dan santri yang berani melawan penjajah. Hadratus Syekh Hasyim Asyari adalah penggerak perlawanan kepada Belanda," kata Yai Idris. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait