Film Pesantren Diputar di Wisma Jerman, Luruskan Kesalahpahaman Tentang Islam dan Dunia Pesantren

Film Pesantren Diputar di Wisma Jerman, Luruskan Kesalahpahaman Tentang Islam dan Dunia Pesantren

Direktur Wisma Jerman, Mike Neuber, memberikan sambutan terkait film "Pesantren".-Syahrul Rozak Yahya-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Seorang santri membaca ayat kitab suci dengan suara merdu. Dalam cahaya remang. Di tempat yang lain, santri-santri pria tidur saling berhimpitan. Dalam ruang yang tak terlalu luas, tapi mereka terlihat nyaman dan nyenyak.

Santri tingkat enam. Ustaz Diding Ahmad menguji kemampuan anak didiknya. Beberapa kali ia mengoreksi kesalahan pembacaan. Tak menghakimi, tapi justru membimbing mereka untuk membaca ulang secara perlahan.

Salah seorang ustaz mengajarkan tentang sifat Allah yang ar-Rahman dan ar-Rahim. "Allah mengasihi siapa saja, baik kaum muslim maupun kaum non-muslim di dunia. Karena Allah yang memberi, maka kita tidak boleh membatasi," ujarnya. Santri-santri yang mendengarkan, mengangguk setuju.

BACA JUGA:Beasiswa Santri Berprestasi Kuota 1.000 Orang, Dibuka Mulai Awal Juli

BACA JUGA:Siap-Siap Menggalau, Konser 3 Dekade Ari Lasso Sambangi Surabaya Nanti Malam

Itulah potongan-potongan adegan film Pesantren. Disutradarai Shalahuddin Siregar. Berawal dari rasa ketidaktahuan Shalahuddin tentang dunia Pesantren. "Dari ketidaktahuan, muncul prasangka. Lalu memicu Mas Shalahuddin untuk mencari tahu tentang Pesantren," ujar Healza Kurnia Hendiastutjik, perwakilan dari bioskoponline.id.

Healza bersama para staff dari bioskoponline.id memutar film Pesantren di Wisma Jerman, Surabaya, pada Jumat, 16 Juni 2023. Dihadiri berbagai seniman serta masyarakat umum. Termasuk Mike Neuber, Direktur Wisma Jerman.

"Film ini sangat penting untuk meluruskan kesalahpahaman tentang Islam. Ingat, kesalahpahaman sering terjadi karena ketidaktahuan, prasangka dan kecurigaan. Film ini berkontribusi utk mengurangi prasangka-prasangka itu," ujar Mike.

Dalam film tersebut terdapat berbagai aktivitas para santri. Mereka menempuh ilmu di Pesantren Al-Islamy Kebon Jambu, Cirebon. Pondok tersebut dipimpin oleh perempuan. Yakni Hj Masriyah Amva. Dari Pesantren, penonton dapat menyaksikan bagaimana cara mereka berpikir kritis, mendukung kesetaraan gender, berkesenian dan memiliki pengetahuan yang sejalan dengan ajaran Islam yang moderat.

BACA JUGA:Kata Direktur Grup Ciputra Cipta Harun Soal Privilege di Perusahaan Keluarga; Lebih Penting Kerja Keras.

BACA JUGA:Gandeng Mulan Jameela dalam Konser Tunggal, Ini Alasan Ari Lasso

Seperti adegan ketika KH Husein Muhammad, salah satu pengajar, menyebut bahwa Islam mengajarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. "Ada sebagian laki-laki yang lebih unggul dari perempuan. Salah satu ayat bicara seperti itu. Namanya sebagian kan tidak semua. Berarti ada perempuan yang lebih unggul," katanya.

Bahkan ia menyebut bahwa kepemimpinan laki-laki atas perempuan adalah kondisional.

Kota Surabaya menjadi kota pertama yang jadi sasaran road show pemutaran film Pesantren. Setelah dari Kota Pahlawan, tim bioskoponline.id menggelar acara itu di Malang dan Kediri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: