Molnupiravir Picu Mutasi Covid-19? Ini Kata Ahli Virus..

Selasa 26-09-2023,16:34 WIB
Reporter : Nathan Gunawan
Editor : Salman Muhiddin

Merck, perusahaan produsen molnupiravir, membantah hasil penelitian itu dan menyatakan bahwa para peneliti hanya mengandalkan hubungan yang tidak jelas antara penggunaan obat dan mutasi virus. Mereka mengatakan bahwa tidak ada bukti dokumentasi mengenai penularan virus yang disebabkan oleh pasien yang diobati dengan molnupiravir.

Sanderson menolak klaim Merck dan mengatakan bahwa para peneliti telah menggunakan bukti independen untuk mengidentifikasi keterkaitan antara molnupiravir dan tanda-tanda mutasi virus.

Analisis data pengobatan di Inggris menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen kejadian mutasi melibatkan individu yang mengkonsumsi molnupiravir, meskipun hanya 0,04 persen orang di Inggris yang menerima resep obat tersebut pada tahun 2022.

Para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian itu menyatakan dukungannya terhadap penelitian yang telah dilakukan di Inggris.

Ahli virologi Stephen Griffin dari Universitas Leeds menyebut penelitian ini sangat penting dan harus dilakukan dengan sangat baik.

Jonathan Ball, seorang ahli virologi dari Universitas Nottingham, juga mengatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara molnupiravir dan penyebaran genom yang dapat bermutasi.

Para ahli menekankan bahwa meskipun molnupiravir dapat menyebabkan mutasi pada virus, obat ini tidak dianggap berbahaya bagi individu yang menggunakannya. Mereka juga tidak menginstruksikan untuk menghentikan penggunaan obat ini.

"Molnupiravir sudah semakin jarang digunakan karena sudah kurang efektif terhadap orang-orang yang telah divaksin dan tidak berisiko," tambah Stephen Griffin.

Meskipun penelitian ini menyiratkan bahwa molnupiravir mungkin tidak lagi digunakan sebagai satu-satunya obat, masih ada potensi manfaat jika digunakan dalam kombinasi dengan obat lain.

Penjualan molnupiravir, yang saat ini dijual dengan merek Lagevrio, mencapai 20 juta Dolar AS atau sekitar 309 miliar Rupiah pada tahun 2022.

Namun, menurut Merck, penjualan obat ini mengalami penurunan sebesar 82 persen pada kuartal kedua tahun 2023. (Nathan Gunawan)

Kategori :