“Karena sempat terjadi satu dua kasus produk tertentu yang dipertanyakan kehalalannya. Maka sebetulnya motivasi ekonomi syariah ini untuk mendapat barokah,” jelasnya. Apalagi, Jawa Timur memang provinsi dengan penduduk muslim paling banyak. Namun, belum ada penggerak ekonomi syariah yang optimal.
BACA JUGA:Podcast mes-emil: Bank Indonesia Jatim Dorong Pengembangan Ekosistem Ekonomi dan Keuangan Syariah
Fesyar Jawa pun diharapkan bisa menggairahkan pelaku ekonomi yang kompetitif dari sektor pesantren. Termasuk mengupayakan inklusivitas keuangan digital. Saat ini Pemprov Jatim, melalui Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), tengah mengembangkan financial technology (fintech) syariah.
“Ada satu yang sedang diproses di OJK,” ujar ketua umum MES Jatim itu. Fintech tersebut bekerja sama dengan Baznas. Menciptakan program zakat produktif. Tujuannya memberikan investasi sosial kepada pelaku usaha yang tak bankable.
Tiga program itu pun dirasakan manfaatnya oleh Laznas PPPA Daarul Quran. Terutama dari lembaga Ziswaf. Mulai penyediaan mushaf Al Quran, santunan anak yatim, pembangunan grha, hingga berbagai sedekah lainnya. “Dalam setahun, kami sudah bisa menyalurkan Rp 1,5 miliar sedekah,” kata Ahmad Fahri Amrullah, seorang penggalang dana yang sedang berjaga di stan. (Mohamad Nur Khotib)