HARIAN DISWAY - Tim PKM mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) lahirkan rancangan inovasi berupa mainfesting alat pelindung diri dari Tsunami.
Mereka adalah Hasan Abdul Bar (S1 Teknik Elektro), Aulia Rizky Ardiati (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), Ulia Asmaul Husna (S1 Pendidikan Biologi), Irsyad Akmal Robbanii (S1 Sastra Indonesia) dan dosen pebimbing Muamar Zainul Arif, S.Pd., M.Pd.
Alat yang mereka buat itu bertujuan untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan memonitoring psikis korban pasca-bencana Tsunami. Diberi nama Sabanateraphy.
Dengan paparan melalui media animasi 3D, sosialisasi tentang miitgasi bencana sekaligus memperkanalkan inovasi tersebut dilaksanakan di Desa Masangan, Gresik pada 16 Juni-15 November 2023 yang menyasar masyarakat pesisir.
Dalam desainnya Sabanatherapy memiliki dua bentuk. Saat sebelum diaktifkan ia berbentuk tas siap siaga bencana dan ketika diaktifkan ia akan berubah bentuk menjadi bola raksasa yang mampu memuat dua orang atau beban seberat 200 kilogram.
BACA JUGA: Gempabumi Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami
Setelah itu korban dapat masuk ke dalam bola raksasa dengan posisi telentang yang ditunjang oleh penggunaan sabuk pengaman dan bantal penyangga leher.
Terdapat juga pegangan tangan yang memungkinkan korban untuk tidak terlontar secara sembarangan di dalam bola saat tsunami berlangsung.
Tim proyek Sabanatherapy yakni Hasan Abdul Bar (S1 Teknik Elektro), Aulia Rizky Ardiati (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), Ulia Asmaul Husna (S1 Pendidikan Biologi), Irsyad Akmal Robbanii (S1 Sastra Indonesia). -Aulia-
Rancangan inovasi ini menggabungkan beberapa komponen teknologi canggih mulai dari sensor yang berfungsi sebagai pendeteksi sinyal yang dikirim oleh sirine tsunami. Tombol fingerscan untuk aktivasi alat dan mendeteksi identitas korban.
Lalu ada GPS Tracker yang memiliki kinerja untuk merekam lokasi korban secara real time ketika bencana tsunami membuatnya terombang-ambing.
Kemudian fitur automatic message untuk mengirimkan data korban ke tim evakuasi dan medis. Dan fitur terapi untuk memonitoring kondisi psikologis korban.
Selain itu di dalam Sabanatherapy juga dilengkapi berbagai perlengkapan keselamatan seperti P3K, tabung oksigen, ransum makanan, serta fitur terapi Post Traumatic Stress atau PTSD untuk memenuhi kebutuhan korban selama proses evakuasi dilakukan.
Fitur-fitur yang ditawarkan memungkinkan korban untuk tetap selamat sampai bencana mereda.
Dalam proses implementasi dan realisasinya, inovasi ini melibatkan berbagai pihak sepertihalnya pemerintah yang berperan untuk memberi kebijakan dan pendanaan. Lalu ada BNPB sebagai pihak utama yang mengawasi terjadinya becana alam.
Psikolog yang berperan memonitoring psikologis korban. Dan ada pula Basarnas sebagai pihak yang memberi pedoman pada pertolongan maupun pencarian korban.
Dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, rancangan inovasi ini diharapkan dapat terealisasi dan mampu untuk diproduksi secara massal. (*)