HARIAN DISWAY - Meaningful Batik persembahan Wyndham Hotel Surabaya dalam perayaan Hari Batik Nasional, 2 Oktober 20223, dikuatkan maknanya dengan mengapresiasi batik karya anak-anak penyandang disabilitas.
Dalam acara itu, Wyndham bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya dan Savor Event Planner Organizer, menegaskan lagi makna batik lewat karya-karya anak-anak dari Rumah Anak Prestasi (RAP) Surabaya.
Dengan menawan, digeberlah 14 busana batik yang bernotif dominan bunga dan garis. Sepuluh di antaranya dikenakan oleh anak-anak RAP. ada batik bernuansa warna hitam dan merah. Ada juga batik berdasar warna kuning dan hitam.
BACA JUGA: IISMA di Republik Lituania Kenalkan Budaya Batik Indonesia
Uniknya, untuk bisa memeragakannya, anak-anak itu melakukannya dengan mengikuti arahan dari seorang pemandu yang berada di depan catwalk. Lewat gerakan yang mengisyaratkan mereka harus bergerak ke mana.
Tidak semudah itu bisa berkomunikasi dengan mereka. Sesekali pemandu harus menegaskan intruksinya beberapa kali. Tapi itu tidak mempengaruhi performa. Mereka tampak sangat percaya diri.
Langkah mereka makin oke karena diiringi bunyi angklung Banyuwangi. Dipadukan dengan tiupan suling dan gesekan biola. Memainkan lagu-lagu eksotis yang memberikan suasana kedaerahan yang syahdu.
Dijelaskan oleh pembina RAP Leo Arief Budiman, ada empat batik yang dibuat anak-anak RAP dengan teknik shibori. Mengandalkan ikatan dan celupan dalam proses pembuatannya. Menghasilkan motif titik, garis, dan lingkaran dengan beberapa kombinasi warna.
Itu terlihat batik berwarna hijau dan biru salah satunya. “Biru sebagai outer dari hijau yang dimodel seperti kemben. Sedangkan kain yang berwarna biru menutup satu bagian pundak model. Bermotif garis dan bulatan kecil tak beraturan, tapi nyaman untuk dipandang,” papar Leo.
BACA JUGA: Hari Batik Nasional: Historisitas dan Identitas Bangsa, Simbol Tak Ternilai Warisan Budaya Dunia
Tidak hanya menunjukkan hasil jadi. Pada awal gelaran, ada dua anak RAP yang menunjukkan proses membatik. Dimulai dengan membuat sketsa dan ditimpa dengan lilin yang dicairkan di atas media kain putih.
Tidak hanya memeragakan batik sebagai busana jadi, pada awal gelaran, dua anak Rumah Anak Prestasi telaten menunjukkan proses membatik secara spontan di lokasi. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY-
Sambil berproses, Qurrota’ain menunjukkan kesukaannya pada melukis yang sudah lama dia tekuni. “Jadi pas diajari membatik jadi langsung bisa. Awalnya mau buat burung, tapi karena waktunya singkat, jadinya buat singa,” ujar Tata, panggilannya.
Dalam bimbingannya, Leo menjelaskan bahwa anak didik RAP tidak hanya diajari membatik. Tetapi juga melukis, fotografi, modeling, musik, mengaji, sampai pelajaran mengenai bahasa isyarat. “Mereka anak-anak yang berprestasi,” pujinya.
BACA JUGA: Hari Batik Nasional, Wagub Emil: Batik Tak Bisa Direplika oleh AI
Selain busana, Wyndham juga meluncurkan roll cake bermotif batik. Terinspirasi dari beberapa jenis batik daerah. ”Bahan dasarnya sama. Namun, khusus untuk peringatan, kuenya dibatik,” jelas Pastry Chef Wyndham Eko Efriliyanto.