Kafe di tengah kota Surabaya, Foodies Gallery, menyajikan interior Eropa klasik, dengan konsep co-working space. Keunikan lain, dalam kafe tersebut terdapat beragam foto jurnalistik yang memanjakan mata. Bidikan dari para jurnalis foto dari Surabaya.
ORANG banyak menyebut ikan badut sebagai Ikan Nemo. Gara-gara film animasi terkenal tentang ikan lucu itu. Warnanya oranye bergaris-garis putih. Matanya kecil seperti titik hitam di kepala. Berenang, melewati tanaman-tanaman laut yang seakan bergerak ke belakang, memberi jalan. Dan itulah visual karya fotografi bidikan Budi Candra Setya. Tentang panorama bawah laut di Pantai Balanan, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Di balik bayang kacanya, tampak bayangan Wafiqul Azizah (Wafi), pengunjung Foodies Gallery. Dia tampak asyik melihat foto itu. Memasuki ruang kafe Foodies Gallery memang banyak dipajang karya-karya foto jurnalistik. Seperti ruang pameran fotografi di tengah interior ala Eropa klasik. Meja dan kursi kayu serta hiasan gelas berisi air, tanaman serta ikan cupang.Barista Foodies Gallery meracik kopi.-Julian Romadhon-Harian Disway- "Kafe ini diinisiasi oleh JHM atau Jungle Hospitality Management. Konsepnya sebagai tempat nongkrong sekaligus tempat bekerja yang nyaman," ujar A.M. Lukman, Marcomm Manager Foodies Gallery. Di bagian depan terdapat kaca dengan meja dan kursi kayu. Pengunjung dapat melihat pemandangan lalu-lalang di Jalan Kombes Pol M. Duryat. BACA JUGA : Oleh-oleh dari Eksotika Bromo (13-Habis): Singgah di Shelter Kopi Bromo Untuk menambah nuansa klasik, pengelola memutar berbagai instrumen oldies dan classic rock. Tak ingar-bingar. Tapi syahdu dalam alunan saxophone. Irama-irama How Deep is Your Love ala The Bee Gees atau Wind of Change karya Scorpions menciptakan unsur romansa. Pas dengan atmosfer yang terbangun dari lampu yang sedikit redup. Di bagian belakang terdapat enam kursi berwarna selang-seling hijau dan orange. Sebuah bilik kaca memajang berbagai cake ala Eropa. Seperti fruit pie, panakota strawberry, strawberry short, strawberry coco dan puding taro. Andik Ardianto, manajer outlet, menyebut bahwa konsep menu kafenya adalah coffee, snack, and pastry. "Jadi cocok untuk siapa saja yang ingin ngemil makanan-makanan ringan. Tapi kami menyediakan dua menu andalan juga. Yakni sego Madura dan semanggi Surabaya," ujarnya.
Dua pengunjung Foodies Gallery, Wafiqul Azizah (kiri) dan Ahmad Rijaluddin (kanan), menikmati semanggi dan sego Madura di Foodies Gallery.-Julian Romadhon-Harian Disway- Wafi memesan semanggi. Sedangkan kawannya, Ahmad Rijaluddin (Ical), memesan sego Madura. Kedua menu tersaji pada piring berornamen klasik. Semanggi lengkap dengan krupuk pulinya. Sedangkan sego Madura dilengkapi dengan daging, jeroan, dan sambalnya yang merona. "Wah, sambalnya maknyus," kata Ical. Sedangkan Wafi baru pertama kali mencicipi semanggi. Dia berasal dari Gresik dan saat ini sedang berkuliah di Universitas Trunojoyo, Madura. "Ini mungkin lebih enak pakai nasi, ya?" katanya, sambil melirik Ical. Lantas Ical memberi dua sendok nasinya ke piring Wafi. "Orang Indonesia banget. Kalau makan apa-apa wajib pakai nasi," gurau Ical. Lalu memberi tahu bahwa cara menyantap semanggi sebenarnya menggunakan potongan krupuk puli untuk menyendok sayurnya. "Lebih enak dan lekoh, daripada dengan sendok-garpu," katanya. "Ya kan baru pertama," sahut Wafi. BACA JUGA : Menikmati Seduhan Kopi Ala Kafe di Pinggir Jalanan Kediri Dinding tempat mereka bersandar berhias wallpaper gaya natural. Di bagian bawah, terdapat rangkaian batu alam untuk menambah nuansa alami yang estetik. Di belakang mereka beberapa pengunjung asyik mengobrol. Ada pula yang melihat-lihat foto yang dipajang berjajar di dinding. Salah satu karya fotografi yang menarik perhatian adalah milik Didik Suhartono. Ia memotret pergelaran reog Ponorogo di tengah kawasan permukiman di Dukuh Kupang, Surabaya.
Rangkaian foto jurnalistik yang dipajang dalam Foodies Gallery.-Julian Romadhon-Harian Disway- Di bagian kiri terdapat perlengkapan coffee maker dengan biji-biji kopi dari berbagai daerah di Nusantara. Foodies Gallery dirilis pada 2 September 2023. Ke depan, ruang tersebut dapat digunakan sebagai sarana pameran. Baik fotografi maupun seni rupa. "Kami membuka kesempatan untuk para fotografer atau perupa yang ingin berpameran di sini. Jadi selain tempat nongkrong, meeting dan ngemil, bisa sebagai sarana alternatif ruang pamer," pungkas Lukman. (Guruh Dimas Nugraha)