Presiden Palestina Mahmoud Abbas Bakal Bertemu Vladimir Putin, Begini Sikap Rusia

Selasa 10-10-2023,13:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyatakan bahwa Rusia melihat eskalasi konflik di Palestina sebagai hasil dari ketidakpatuhan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. 

Zakharova menekankan pentingnya pendekatan politik dan diplomatik untuk mengatasi situasi terkini.

"Ini (dapat diselesaikan) melalui pembentukan proses negosiasi penuh mengenai perjanjian internasional yang mengatur pembentukan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, hidup damai dan aman dengan Israel," kata Zakharova, merujuk kepada media resmi Rusia, TASS.

Rusia juga menilai eskalasi besar-besaran dalam konflik Palestina-Israel sebagai konsekuensi dari kesalahan Barat, yang terus-menerus memblokir beberapa resolusi PBB terkait Timur Tengah.

"Kami menganggap eskalasi situasi dalam skala besar saat ini sebagai manifestasi lain yang sangat berbahaya dari lingkaran setan kekerasan, yang merupakan konsekuensi langsung dari ketidakpatuhan sistemik terhadap resolusi relevan PBB dan Dewan Keamanannya serta pemblokiran oleh pihak Barat atas kerja kuartet mediator internasional Timur Tengah yang terdiri dari Rusia, AS, UE, dan PBB," tambahnya.

BACA JUGA:Israel Luluhlantakkan Gaza, 20.000 Warga Palestina Mengungsi Ke Sekolah PBB

BACA JUGA:Paus Fransiskus Serukan Perdamaian Antara Israel dan Palestina

Zakharova menegaskan bahwa Moskow percaya bahwa langkah pertama yang harus diambil adalah memulai negosiasi segera antara Palestina dan Israel.

Rusia mendesak kedua belah pihak untuk meninggalkan kekerasan dan segera mencapai gencatan senjata.

"Kami menyerukan kepada pihak Palestina dan Israel untuk segera melakukan gencatan senjata, meninggalkan kekerasan, melakukan pengendalian diri dan, dengan bantuan komunitas internasional, memulai proses negosiasi yang bertujuan menciptakan perdamaian yang komprehensif, bertahan lama dan telah lama ditunggu-tunggu di Timur Tengah," ucap Zakharova.

Pada Sabtu pagi, serangan roket diluncurkan ke wilayah Israel dari Jalur Gaza oleh kelompok pejuang Hamas, memicu sirene peringatan dini di banyak wilayah di seluruh negeri, termasuk wilayah Tel Aviv dan sekitarnya. 

Sebagai tanggapan, Tel Aviv memulai operasi militer yang diberi nama "Pedang Besi".

Kelompok Hamas melaporkan penangkapan sekitar 35 tentara dan pemukim Israel selama operasi mereka, menyebut serangan ini sebagai respons terhadap aktivitas agresif Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, salah satu situs paling suci dalam agama Islam. (*)

 

Kategori :