Nah Lo, BMKG Nyatakan Aplikasi Cuaca di HP Sering Meleset, Datanya Bukan Dari BMKG

Kamis 19-10-2023,12:57 WIB
Reporter : Taufiqur Rahman
Editor : Taufiqur Rahman

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut informasi cuaca yang selama ini disediakan oleh banyak aplikasi di smartphone rawan tidak akurat. 

Hal tersebut disebabkan para pengembang aplikasi yang mengambil data cuaca global dan melakukan perhitungan matematis untuk mencocokan dengan kondisi di Indonesia. 

Dwikorita mengatakan, banyak masyarakat yang menganggap info cuaca di berbagai aplikasi smartphone berasal dari BMKG. 

BACA JUGA:Cuaca Surabaya Semakin Panas! Lakukan Beberapa Tips Ini Agar Tidak Gampang Sakit

“Padahal setelah ditelusuri data dan informasi tersebut bersumber dari institusi di luar Indonesia, bukan dari institusi resmi pemerintah”, ungkap Dwikorita di Jakarta, Rabu, 18 Oktober 2023. 

Seperti diketahui, di Google Play maupun App Store terdapat banyak aplikasi prakiraan cuaca yang tersedia. Termasuk aplikasi resmi dari pemerintah Indonesia yakni Info BMKG. 

Meski berbeda nama aplikasinya, namun fungsi aplikasi-aplikasi yang dikeluarkan oleh para pengembang tersebut kurang lebih sama, yakni untuk memprakirakan cuaca. 

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan rendahnya tingkat akurasi prakiraan cuaca pada aplikasi yang non pemerintah tersebut dikarenakan prakiraan yang dibuat didasarkan dari data global yang diolah dengan pemodelan matematis dan kemudian di downscale khusus untuk wilayah Indonesia. 

BACA JUGA:Ancaman Krisis Air Semakin Nyata! BMKG Serukan Kesetaraan dan Keadilan Terhadap Akses Air Bersih pada World Water Forum (WWF) di Bali 2023

Data global tersebut, kata dia, merupakan data cuaca yang berasal dari negara-negara di seluruh dunia yang menjadi anggota Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organisation (WMO) 

“Termasuk BMKG yang selalu mengirimkan data ke WMO secara otomatis melalui jaringan komunikasi satelit, untuk dihimpun menjadi data global,” kata Guswanto. 

Informasi yang dikirimkan pada WMO oleh BMKG tersebut hanya terbatas pada data dari 59 stasiun pengamatan di Indonesia yang mayoritas berasal dari Pulau Jawa dan Sumatra. 

Oleh pengembang non pemerintah, data global tersebut selanjutnya diolah, dimodelkan, dan "di downscale" guna menghasilkan prakiraan cuaca di kota-kota atau di  berbagai daerah di Indonesia. 

“Terbatasnya data tersebut tentu saja tidak mampu merepresentasikan kondisi cuaca dan iklim di seluruh wilayah Indonesia," tambah Guswanto. 

Di sisi lain, data BMKG bersumber dari ribuan radar cuaca dan stasiun observasi yang diolah dan divalidasi oleh para pemantau (observer) dan prakirawan (forecaster)

Kategori :