Kota adalah tubuh yang tergores penuh tato pada jembatan-jembatan yang rusak. Kota adalah kicauan burung yang bercampur tentang gedung-gedung. Setiap hari terjebakku untuk mesin.
Potret Gatot Strenkali yang sedang menghayati saat bermain sulit yang menghasilkan suasana seperti di film Avatar: The Last Airbender. -A Dinho Anrose/HARIAN DISWAY-
Dalam sela waktu untuk istirahat menuju pentasan selanjutnya, pria yang juga aktivis urban itu menyampaikan pengaruh inspirasinya dalam berkaya.
“Ada tiga hal yang sering saya amati untuk inspirasi dalam menulis karya. Yang pertama kota yang semakin metropolis, kedua warga yang semakin individualis dan ketiga kehidupan yang semakin kompetitif,” terangnya.
Dua karya selanjutnya dibawakan dengan alat musik gitar dan kendang. Judulnya Ilingo yang lebih religi dan Kentrung Urban yang dijadikan tagline pada acara ini. Isinya menggunakan bahasa Jawa.
Aku teko Kediri arep nang Suroboyo. Numpak kereto sepur kluthuk riko. Jaman saiki wis tak delok akeh keramaian. Ndek Suroboyo aku dijeburno kali.
“Jadi tadi kan ada lirik yang menceritakan perjalanan seseorang dari Kediri ke Surabaya, lalu menemukan tempat bernaung di pinggir kali, ia mengamati setiap pengaruh urban di daerah tersebut,” terang Gatot.
Pengaruh urban sangat ia rasakan dan ikuti perubahannya. Dari zaman kereta uap menjadi kereta api. Ia menyuarakan pengalaman dari lingkungan sekitar lewat karya puisinya.
“Sebetulnya banyak sekali para pemusik tapi kalau Mas Gatot sendiri ini pelaku. Bagaimana hidupnya di Stren Kali, berurusan langsung dengan pemerintah, dan juga harus meredam masyarakat kalau ada apa-apa,” terang Hasti menjelaskan alasannya memilih Gatot.
Rangkaian acara lain yang meliputi kota masih akan terus diadakan. Bisa kita ikuti bersama dengan datang ke Jalan Sonokembang No 2 Genteng, Surabaya. Ada talkshow mengenai bertema Budaya Aksara Jawa oleh para ahli pada 31 Oktober 2023. (Wafiqul Azizah)