Sajian Etno Musik Kentrung Urban oleh Gatot Strenkali: Corak Karakter Tradisi Suasana Urban Kota

Selasa 31-10-2023,18:12 WIB
Reporter : Wafiqul Azizah
Editor : Heti Palestina Yunani

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pameran Beyond Vision digelar untuk memperingati Hari Kota Dunia yang ke-26. Selain menyuguhkan beragam karya lukis juga menyuguhkan rangkaian kegiatan yang bertemakan kota. Diselenggarakan oleh Urban Art Consortium pada 28 Oktober-12 November 2023.

Rangkaian acara pada Senin, 30 Oktober, terdapat penampilan musikalisasi puisi dan sastra lisan oleh Gatot Strenkali. Dengan kentrungnya, ia membawakan corak karakter tradisi yang diusung dalam suasana urban kota.

Menurut ketua pelaksana Retno Hastijanti, musik merupakan media yang bisa membungkus sesuatu menjadi lebih estetis. “Salah satu cara kita untuk mengkritisi bagaimana menjalani seni kehidupan di kota adalah melalui musik,” katanya.


Ketua Panitia Beyond Vision Retno Hastijanti menjelaskan Kentrung Urban dalam sambutannya-A Dinho Anrose/ HARIAN DISWAY-

Hasti menjelaskan dalam sambutannya, tagline acara kali ini adalah Kentrung Urban. Menyajikan sebuah konsep literasi yang saat ini sedang berkembang, dengan membangun suasana etno musik dan sastra yang menjadi konsep media ungkap.

BACA JUGA: Sambut Hari Kota Dunia, Pameran Lukisan Beyond Vision: Budaya Turut Membangun Kota

Gattot pentas bersama satu rekannya, Danang. Keduanya merupakan anggota organisasi seni Bengkel Muda Surabaya (BMS). Kompak mengenakan kaos berwarna hitam, mereka memusikkan tujuh sastra puisi dengan alat musik tradisional. 

“Totalnya ada enam alat musik,” jawab Gatot. Ia memainkan terbang, gitar, dan suling. Sedangkan Danang memainkan terbang bass, kendang, dan kerincingan. Tentunya tidak secara bersamaan dimainkan. Masing-masing lagu akan beda iringan musiknya.

Puisi karya Akhudiyat dengan judul Ketika Iklan ia nyanyikan sebagai pembuka. Tergolong dalam musik etnik, alat musik gitar dan kerincingan sebagai pengiringnya. Terdengar indah saat dilagukan.

Lagu kedua dan ketiga merupakan puisi hasil karyanya. Judulnya Ketika Daun dan Tanah. Keduanya diiringi alat musik gitar dan kendang.

Jika tiga lagu di atas menceritakan suasana kota seperti apa. Karya ke-4 yang ditampilkan menceritakan tentang kapitalisme yang menguasai kota. “Banyak hal yang saya pahami, kota milik kapitalisme,” katanya sebelum membacakan puisi Kota.

BACA JUGA: Srikandi dan Joker, Interpretasi Perupa Surabaya Maknai Kotanya

Kali ini Gattot memainkan suling. Ia tidak bernyanyi, melainkan membaca puisi. Suara tiupan suling dan tabuhan kendangnya menghasilkan suasana seolah kita bertualang di hutan rimba. Seperti saat melihat film Avatar: The Last Airbender. Begini baitnya;

Kota adalah bunyi yang bercampur jeritan kesengsaraan mesin. Menjadi otomatis di luar nalar. Angkutan birunya langit tak terekam pada hidup.

Kota adalah suara pengamen di dalam. Meraba-raba gitarnya, melodi yang dilakukan penuh inspirasi.

Kategori :