Sampai Kapan El Nino Berlangsung? Ini Penjelasan BMKG Beserta Dampaknya pada Ketahanan Pangan

Kamis 02-11-2023,10:57 WIB
Reporter : Taufiqur Rahman
Editor : Taufiqur Rahman

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena El Nino moderate dan Indian Ocean Dipole (IOD) masih akan bertahan sampai akhir tahun 2023. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, hingga bulan Oktober dasarian (sepuluhan hari) kedua tahun 2023, El Nino kategori moderate dengan indeks +1.719 dan IOD positif  dengan indeks +2.014 masih bertahan. 

BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia juga memprediksi El-Nino terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023-Januari-Februari 2024.

“Sementara IOD Positif akan terus bertahan hingga akhir tahun 2023,” Kata Dwikorita dalam keterangan resmi, Kamis, 2 November 2023. 

BACA JUGA:Siap Tinggalkan Musim Kemarau? Berikut Jadwal Musim Hujan 2023-2024 Dari BMKG

Dwikorita mengingatkan dampak lanjutan dari kombinasi El Nino dan IOD positif yang menjadi pemicu kekeringan di Indonesia beberapa bulan terakhir.  

Dampak lanjutan tersebut mempengaruhi sejumlah sektor diantaranya pertanian, sumber daya air, kehutanan, perdagangan, energi, dan kesehatan. 


Langit kota Surabaya yang terik di siang hari. Fenomena EL-Nino telah menyebabkan hari tanpa hujan (HTH) yang panjang di berbagai wilayah di Indonesia-Alhamdy Denny Chandra/Harian Disway-

“Karenanya, pemerintah di seluruh level diharapkan segera mengambil langkah mitigasi dan antisipasi terhadap dampak negatif yang terjadi,” lanjut mantan Rektor UGM Yogyakarta ini.  

Di sektor pertanian, dampak yang paling dirasakan adalah menurunnya produksi tanaman pangan akibat terganggunya siklus masa tanam, gagal panen, kurangnya ketahanan jenis tanaman atau penyebaran hama yang aktif pada kondisi kering. 

BACA JUGA:November Sudah Masuk Pancaroba, BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi Mengintai!

Di sektor sumber daya air, situasi ini berakibat pada berkurangnya sumber daya air. Kemudian di sektor perdagangan memicu lonjakan harga bahan pangan. Sektor kehutanan juga tidak luput dengan dampak kebakaran hutan dan lahan. 

Sementara di sektor energi, situasi tersebut menekan jumlah produksi energi yang bersumber dari PLTA. Berbagai dampak ini juga akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. 

”Kekurangan air juga akan meningkatkan risiko kesehatan berkaitan dengan sanitasi dan ketersediaan air bersih untuk dikonsumsi dan kebersihan. Bagi daerah yang mengalami karhutla, kondisi ini juga dapat berakibat pada polusi udara dan memicu terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),” imbuhnya.(*)

Kategori :