Siap Tinggalkan Musim Kemarau? Berikut Jadwal Musim Hujan 2023-2024 Dari BMKG
Cuaca terik di persimpangan Basra, Kota Surabaya. Cuaca panas masih mendominasi di Kota Pahlawan meskipun BMKG telah menyatakan Indonesia mulai masuk masa peralihan ke musim hujan-Julian Romadhon/Harian Disway-
HARIAN DISWAY - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa Indonesia sudah mulai memasuki musim pancaroba (peralihan dari Kemarau ke Hujan) pada bulan November 2023 ini.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa pada masa pancaroba ini, akan terjadi banyak cuaca ekstrem yang ditandai perubahan mendadak dari cuaca panas yang tiba-tiba hujan atau sebaliknya.
Hal ini karena sifat angin pada masa pancaroba yang bertiup berubah-ubah arah. Selain itu, ada potensi pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB).
“Awan CB biasanya tumbuh di pagi dan siang hari. Bentuknya seperti kembang kol. Lalu berubah menjadi mendung pekat pada siang hingga sore hari,” jelas Dwikorita pada sebuah seminar di ITB, Sabtu, 28 Oktober 2023.
Warga Surabaya melintasi jalanan dengan penutup untuk menghindari sengatan sinar matahari. Kota Surabaya masih dilanda cuaca panas meskipun BMKG menyatakan bahwa Indonesia kini mulai masuk musim hujan-Muchammad Ma'ruf Zaky-
BACA JUGA:November Sudah Masuk Pancaroba, BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi Mengintai!
Menurut catatan BMKG, awal musim hujan di Indonesia terjadi pada awal Oktober 2023 saat sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen dari wilayah Indonesia memasuki musim hujan.
Sementara puncak musim penghujan umumnya diperkirakan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM atau 55,1 persen wilayah.
Dari total 699 ZOM di Indonesia, lanjut Dwikorita, 446 atau 64 persen diantaranya mengalami musim hujan yang lebih lambat dari biasanya. Sementara sebanyak 56 ZOM atau 8 persen normal, serta 22 ZOM alias 3 persen mengalami musim hujan lebih cepat dari normal.
Sementara itu, sifat hujan pada periode Musim Hujan 2023/2024 diperkirakan terjadi dengan intensitas normal pada 69 ZOM atau 9,9 persen wilayah. Kemudian bawah normal, atau kurang basah pada 64 ZOM atau 9,2 persen wilayah dan di atas normal atau lebih basah pada 566 ZOM atau 80,99 wilayah.
Selain kepada masyarakat, mantan Rektor Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini juga meminta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan institusi terkait untuk melakukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan.
”Ini terutama di wilayah yang mengalami Sifat Musim Hujan Atas Normal atau lebih basah dibanding biasanya,” jelasnya.
Wilayah-wilayah dengan sifat hujan lebih basah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: