BACA JUGA: Kuliah Umum Mahfud MD di Universitas Airlangga: Membangun Demokrasi yang Bermartabat
Contoh saja Universitas Airlangga. Employer reputation-nya luar biasa. Bahkan, yang terbaik di Indonesia. Dengan bobot mencapai 20 persen, reputasi lulusan memiliki kontribusi besar terhadap posisi Unair yang ada di peringkat ke-345 dunia dan ke-67 Asia. Reputasi akademik juga berkontribusi besar karena menyumbang nilai 30 persen pada pemeringkatan QS.
Bagi perguruan tinggi, ranking memang penting. Tapi, ranking tidak boleh menjadi tujuan. Ranking adalah hasil kerja keras mengelola universitas. Terutama pada pelaksanaan tridarma perguruan tinggi: pengajaran/pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Karena itu, orientasi PT tidak boleh tergeser pada pemeringkatan layaknya perlombaan. Harus tetap pada core-nya sebagai lembaga pendidikan/pengajaran, riset, dan pengabdian.
PT harus berorientasi pada kemanfaatan. Sebab itu, riset-riset PT harus dimanfaatkan sampai dinikmati oleh masyarakat. PT tidak cukup menjadi research university, tapi entrepreneurial university. Tidak berarti meninggalkan riset, tapi riset tidak hanya berhenti pada outcome, tapi output. Yaitu, mempunyai kebermanfaatan kepada masyarakat dan PT.
Riset harus dilanjutkan pada hilirisasi dan kapitalisasi. Temuan dari riset-riset yang dilakukan dosen-dosen PT sedapat-dapatnya bisa diterapkan pada masyarakat dan industri. Hasil riset sedapat-dapatnya bukan dalam skala laboratorium, tapi bisa di skala industri.
Universitas Airlangga cukup berhasil menjadi research university dalam delapan tahun ini. Hal itu bisa dilihat dari keberhasilannya dalam menghasilkan riset-riset bagus yang dipublikasikan pada jurnal bereputasi. Jika tahun 2016 Unair hanya menghasilkan 168 publikasi pada jurnal bereputasi terindeks Scopus, tahun ini hingga Oktober sudah lebih dari 2.000.
Seperti tahun lalu, target Unair adalah 3.000 jurnal terindeks Scopus dan Web of Science, dan 1.000 di antaranya pada jurnal Q1 dan Q2.
Itu pula yang membuat lembaga pemeringkatan universitas global, Quacquarelli Simonds (QS), menempatkan Unair pada posisi ke-345 universitas terbaik dunia (World University Ranking/WUR) untuk 2024 dan terbaik ke-4 di Indonesia.
Bahkan, pada QS WUR by subject, banyak bidang di Unair yang merupakan terbaik di Indonesia. Bidang economics and econometrics, misalnya, Unair nomor 1 di Indonesia di atas UI dan UGM. Begitu juga bidang akuntansi, hukum, linguistik, dan farmasi. Kedokteran, manajemen, dan beberapa bidang yang lain berada di peringkat dua-tiga terbaik Indonesia.
Untuk menjadi entrepreneurial university, PT harus fokus pada keunggulan. Unair, misalnya, sangat unggul pada health science dan natural science. Bidang itu harus menghasilkan riset-riset berkualitas yang dihilirisasi menjadi produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Di sanalah entrepreneurship sangat dibutuhkan sehingga selain bermanfaat bagi masyarakat dunia, hasil-hasil riset itu menguatkan kemandirian Unair di masa depan.
Banyak riset potensial yang telah dihasilkan Unair. Di antaranya, vaksin flu burung dan vaksin virus korona. Ada juga stem cell, semen sapi, cangkang kapsul berbahan rumput laut, dan berbagai obat herbal.
Sebagian sudah diskalaindustrikan dan diproduksi. Sebagian yang lain belum dan hanya menumpuk di perpustakaan.
Jika universitas-universitas di Indonesia berhasil berperan sebagai entrepreneurial university, universitas akan memperoleh pengakuan global. Pada akhirnya, universitas pun akan memperoleh ranking yang bagus di tingkat global. Dampak selanjutnya adalah pengakuan global kepada lulusan Unair sehingga mudah masuk dunia kerja. (*)
*) Wakil Dekan Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga.