Motif keempat, si pria ingin bunuh diri. Karena cinta, pria bunuh diri mengajak pasangan dengan cara membunuh.
Dietz: ”Motif tersebut muncul dalam penelitian demi penelitian di AS dan seluruh dunia. Bisa salah satu dari empat itu atau kombinasi.”
Motif lain yang kurang umum, antara lain, membunuh untuk merebut klaim asuransi. Atau, pelaku sakit mental psikotik. Serta, pelaku hendak ganti istri (kawin lagi), tapi si perempuan tidak setuju.
Dietz: ”Sebagai penyelidik, jika seseorang ditikam berkali-kali, itu juga merupakan indikasi pembunuhan pasangan intim. Hal yang sama berlaku untuk pembunuhan berlebihan. Artinya, kekuatan yang dibutuhkan untuk membunuh seseorang terlalu besar. Siapa lagi yang bisa berbuat begitu marah? Kecuali pasangan intim.”
Pertanyaan mendasar, mengapa suami tidak bercerai saja jika pernikahan dirasa tidak bahagia? Mengapa harus membunuh?
Giacalone mengatakan: ”Dari hasil riset kami, jika pernikahan dirasa tidak membahagiakan, pria merasa berat atas kerugian finansial yang bakal muncul seumpama bercerai. Antara lain, pembagian harta (Indonesia disebut harta gono-gini). Juga, hak asuh anak yang sangat mungkin didapatkan istri.”
Dengan pemikiran begitu, pria merasa lebih baik membunuh pasangan. Di kondisi emosional, pembunuhan dianggap sebagai jalan pintas sederhana.
Giacalone: ”Pelaku pikir, mereka akan lolos begitu saja. Padahal, polisi berpikir sebaliknya. Setiap ada pembunuhan perempuan bersuami atau janda, kecurigaan pertama polisi pada suami atau eks suami.”
Di kasus pembunuhan Rasni, cocok dengan teori Dietz, pada kombinasi motif kedua dan ketiga. Pelaku takut ditinggalkan pasangan. Juga, cemburu buta.
Motif nomor dua, karakter pelaku: suka mengontrol dan sering menganiaya pasangan. Motif nomor tiga, karakter pelaku: posesif seksual terhadap pasangan.
Jadi, perempuan yang dapat suami berkarakter tersebut bagai kena jebakan Batman. Selama berumah tangga, si perempuan sering dianiaya. Juga, sering dicemburui. Walau, cemburu tanda cinta, tapi cemburu buta membabi celeng. Sebab, si pria merasa memiliki perempuan pasangannya sebagai suatu barang mati. Yang tidak boleh bergerak ke mana-mana.
Sebaliknya, jika bercerai, si perempuan harus pandai dan cepat ”menghilang” dari pantauan eks suami. Pasalnya, ada bahaya tersembunyi di situ. Seperti dialami Rasni.
Contoh kasus pembunuhan Rasni bisa jadi pelajaran buat calon korban, juga calon pelaku. Berdasar teori yang dipaparkan Giacalone dan Dietz itu. Kriminologi berfungsi mengungkap kejahatan agar orang tidak jadi korban atau jadi pelaku. Keduanya sama-sama merugi. (*)