Dari aktivitas itu, statistik mencatat bahwa 44% tendangan ke gawang lawan dilakukan di luar kotak penalti, 50% dilakukan dalam kotak penalti, dan sisanya 6% terjadi saat kemelut di mulut gawang lawan.
Meskipun tidak ada pemain yang dominan dalam kecepatan dribbling, opsi umpan jauh ke depan hanya mencapai 8%, dan kombinasi umpan crossing hanya 3%.
Grafik penyerangan menunjukkan bahwa 40% dari serangan berasal dari sisi kiri, 34% dari sisi kanan, dan sisanya 26% dari ruang tengah.
Dalam membangun pertahanan, marking dan pressing dilakukan secara bertahap, melibatkan setiap pemain untuk aktif mempertahankan ruang.
Oleh karena itu, SS Lazio rata-rata melakukan pelanggaran sebanyak 11 kali per laga, dengan rata-rata 3 di antaranya berujung pada kartu kuning.
Jika fase transisi dari menyerang ke bertahan atau sebaliknya dapat dilakukan dengan lebih sistematis, maka SS Lazio bisa menjadi ancaman serius bagi lawan.
Mengenai bursa transfer Januari mendatang, penambahan pemain baru dengan karakter yang seimbang di lini tengah dan pemain yang memiliki kecepatan menyerang lebih baik mungkin menjadi pilihan yang tepat.
Statistik mencatat bahwa hampir tidak ada aktivitas serangan balik cepat dalam skema menyerang, padahal opsi tersebut dapat memicu momen tendangan bebas maupun tendangan sudut. (*)