Sadisme didefinisikan sebagai penderitaan demi kepuasan seksual. Orang sadis senang melihat korban menggeliat ketakutan.
Seorang sadis akan melukai seseorang agar dapat melihat reaksi korban yang ketakutan. Air mata yang mengalir di wajah korban, teror di mata, dan permohonan ampun adalah reaksi-reaksi yang menggugah orang-orang sadis.
Menyiksa korban adalah cara orang sadis untuk meningkatkan ego dan harga diri mereka. Memiliki kendali penuh atas orang yang tidak berdaya menjadikan mereka seperti Tuhan di dunia mereka sendiri yang menyimpang.
BACA JUGA: Pembunuhan di Kalideres, Dituturi Malah Mateni
Tipe sadis yang paling buruk adalah pembunuh berantai yang sadis. Mereka menghabiskan seluruh hidup dengan berfantasi dan menciptakan cara-cara baru untuk membuat seseorang menderita.
Ketika para penyelidik dihadapkan pada kasus-kasus para korban disiksa sampai mati, mereka langsung menyadari bahwa tantangan besar ada di hadapan mereka.
Mengapa? Sebab, predator yang sadis secara seksual adalah orang yang sangat teliti, perfeksionis yang datar secara emosional, dan rela melakukan apa pun untuk melakukan kejahatannya.
BACA JUGA: Pembunuhan di Hotel Hasma Jaya Bukan Perfect Crime
BACA JUGA: Chat WA Cerai Picu Pembunuhan Dini
Mereka merencanakan pelanggaran sedemikian rupa sehingga ketika melakukan tindakan, sangat sulit dilacak polisi.
Pembunuhan terhadap AN tergolong sadis. Pelakunya sadis. Sebab itu, polisi bersikap hati-hati dalam mengungkap kasus tersebut. Meski penemuan mayat AN sudah sepekan lalu, polisi belum mengumumkan perkembangan penyelidikan.
Tapi, seperti halnya perkara kriminal lain, polisi kan harus punya tersangka. Apalagi, kasus itu mendapat perhatian masyarakat. Maka, beri kesempatan polisi bekerja mengungkapnya. (*)