HARIAN DISWAY - Kejang demam sering dijumpai pada balita. Namun, pernahkah menjumpai bayi yang terlihat tidak nyaman dan melakukan gerakan berulang-ulang yang tidak biasa? Kondisi ini sering kali disalahartikan sebagai kolik infantil, refluks, refleks kaget, ataupun cegukan. Padahal apakah sebenarnya?
Pada kondisi kolik atau refluks, bayi terkadang sulit ditenangkan dan mengalami rasa tidak nyaman pada saluran cerna. Berbeda halnya dengan spasme infantil yang memiliki pola kekakuan tubuh yang khas.
Tidak semua gerakan perlu diwaspadai sebagai kejang. Tetapi spasme infantil memerlukan perhatian khusus baik dari orang tua maupun tenaga kesehatan karena spasme infantil masih sedikit sekali terdiagnosis.
Secara khusus, setiap 1-7 Desember, dunia memperingati Pekan Kewaspadaan Spasme Infantil. Meskipun sangat jarang ditemukan, spasme infantil adalah salah satu tipe kejang yang berbahaya sehingga perlu diwaspadai.
BACA JUGA: Bahaya Kandungan Kimia pada Vape bagi Kesehatan, Ada Kandungan Diacetyl Hingga Nikotin
Spasme infantil adalah tipe kejang yang dijumpai pada anak usia kurang dari 2 tahun dengan usia tersering antara 3 sampai 7 bulan. Tipe kejang pada spasme infantil ditunjukkan dengan adanya spasme/kaku pada seluruh tubuh.
Awalnya leher, badan, kedua tangan, dan kedua kaki dalam posisi tertekuk, kemudian kedua tangan secara cepat terangkat selama 1-2 detik atau dalam posisi “jackknife”.
Hal ini dapat berulang setiap 5 sampai 15 detik dengan durasi kurang dari 1 menit sampai beberapa menit. Hal ini sering dijumpai saat bayi bangun tidur atau muncul sewaktu-waktu dalam sehari.
Terkadang, kejang dapat disertai dengan gerakan kecil pada leher atau area tubuh yang lain. Seperti gerakan mata yang melebar dan mata yang melirik ke atas.
Kondisi spasme infantil yang disertai dengan perubahan rekaman gelombang otak (elektroensefalografi) dan gangguan tumbuh kembang disebut Sindrom West.
Bayi dengan spasme infantil dapat mengalami gangguan tumbuh kembang, terutama pada aspek sosialnya, meskipun tidak semuanya dapat mengalami gangguan tersebut.
Pada beberapa kasus, gangguan tumbuh kembang dapat muncul terlebih dahulu sebelum onset spasme infantil.
Pada bayi dengan tumbuh kembang yang normal dapat terjadi regresi tumbuh kembang sehingga bayi menjadi kehilangan kemampuan yang sudah bisa dikerjakan sebelumnya. Misalnya sudah dapat duduk atau berguling sendiri.
Ada dua jenis spasme infantil, yaitu spasme infantil simptomatik dan spasme infantil kriptogenik. Spasme infantil simptomatik sering dijumpai pada sekitar 60-90 persen kasus.
Hal ini dapat terjadi karena adanya komplikasi sebelum kelahiran atau selama dalam kandungan. Antara lain malformasi korteks otak, hipoksik-iskemi-ensefalopati dan kelainan genetik seperti trisomi 21, tuberus sclerosis, dan lain-lain.