KETUA PKM sedang memonitor praktek kewirausahaan yang berbasis moral etika dengan jamaah Masjid Al-Islami.-Polinema untuk Harian Disway-
Dalam hal melayani pelanggan, kita harus menjaga kercayaan, sehingga kita dapat merubah calon pembeli menjadi pelanggan, dan pelanggan yang lama akan menjadi pelanggan yang loyal.
Kegiatan yang belum produktif dari kelompok ini, berkenginan kuat untuk menjadi wirausaha baru. Karena dengan ketrampilan yang sederhana memungkinkan membuka usaha baru selain usaha yang sudah ada. Misalnya: menjual bensin,menjual aneka bubur rujak, es buah, bakso dan lain-lain.
Untuk mewujudkan semua itu, perlu adanya pembekalan dan pendampingan wirausaha yang berbasis moral etik, agar usahanya menjadi berkah.
Kegiatan yang bersifat sosial keagamaan tampak secara rutin setiap Kamis malam, sehabis Isya. Dengan mengadakan do’a bersama untuk membacakan surat Yasin dan Tahlil yang digelar secara bergilir di antara warga. Mereka hanya membayar iuran Rp 10 ribu untuk konsumsi.
Setiap 35 hari, digelar juga acara doa bersama. Yakni tiap malam Jum’at Legi, dengan mendatangkan ustad dari luar daerah. Sedangkan pada hari-hari tertentu, yakni Ahad pagi sampai terbit matahari, terdapat kegiatan syuruq. Yakni iktikaf atau pengajian dan diakhiri dengan sholat sunnah syuruq dan duha.
Di samping kegiatan rutin tersebut, takmir masjid sempat mengadakan pemilihan takmir baru. Nah, ketua takmir itu belum mengetahui cara membuat struktur organisasi.
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan.
Dalam organisasi, terdapat struktur yang menjadi kerangkanya. Struktur tersebut memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing.
Struktur organisasi dibuat untuk kepentingan perusahaan dengan menempatkan orang-orang yang berkompeten sesuai dengan bidang dan keahliannya.
Kegiatan Program Kegiatan Masyarakat ini, merupakan aplikasi dari hasil riset penelitian Hibah Dikti tahun anggaran 2016-2018 (multitahun) yang berjudul Model Kemandirian Usaha Berbasis Moral Etika pada Wirausaha Destinasi Wisata. Dengan output buku Kewirausahaan berbasis Moral Etika. Buku itu sangat relevan untuk deterapkan pada jamaah Masjid Al Islami RT 6/RW 7.
Dengan merujuk kepada rencana strategi PKM Polinema, yakni pemberdayaan koperasi dan UMKM, yang dituangkan ke dalam program pengembangan wirausaha berbasis moral etika, maka sudah sepatutnya PKM seperti ini mendapat dukungan.
Prosedur kerja yang akan dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah bahwa pelaksanaan PKM, pihak mitra diberikan pelatihan tentang kewirausahaan berbasis moral etika dan struktur organisasi dan Problem solving tentang permasalahan mitra yang riil/dialami mitra kemudian diadakan Monitoring evaluasi dan pencapaian luaran.
Metode yang pelaksanaan yang ditawarkan adalah tatap muka. Yang pertama adalah observasi, untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha dalam melakukan kegiatan operasional dan melayani pelanggan.
Yang kedua adalah wawancara, yang digali untuk menemukan permasalahan dan solusi yang akan ditawarkan. Dan yang ketiga ceramah, yang meliputi teori pentingnya moral etik dan struktur organisasi. Diskusi atau tanya-jawab dikaitkan dengan pentingnya permasalahan, dan yang terakhir adalah pemecahan masalah/kasus berdasarkan pengalaman pengusaha selama ini.
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah tambahan pengetahuan berupa pengetahuan wirausaha berbasis moral etika dan strutur organisasi sekaligus mampu menerapkannya, harapanya terdapat peningkatan sumber pendapatan dan terwujudnya peningkatan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM).