Selain materi kepenulisan feature, Khotib menyampaikan bahwa banyak sekali liputan yang telah ditulis dengan gaya feature. Bahkan beberapa di antaranya telah dibukukan. Mulai dari liputan seri Ryan Jagal hingga Atlet Wushu.
Setelahnya, kami mulai membagikan pengalaman masing-masing. Khotib pernah mengadakan liputan investigasi. Salah satunya, membongkar praktik penerbitan ijazah instan di kampus-kampus swasta.
Kami juga berbagi. Terutama soal keterbatasan dalam masalah mencetak majalah ekskul. Yang baru saja terbit setelah bertahun-tahun lamanya vakum.
Khotib dan Guruh juga menyebutkan satu lagi gaya kepenulisan yang kerap kali digunakan oleh wartawan, yakni straight news. Terutama untuk menyampaikan berita yang berkaitan dengan politik.
“Kapan features news itu dipakai dan dianggap lebih efektif menyampaikan berita daripada menggunakan straight news?” tanya Fazni, salah satu anggota ekskul Ekspresi Smanisda.
Khotib menjawabnya dengan jelas. Bahwa features news digunakan ketika wartawan ingin lebih menggambarkan sebuah keadaan dengan jelas dan memerlukan empati dari pembacanya. Biasanya features news lebih sering digunakan untuk berita yang punya human interest yang kuat.
Misalnya, berita bencana alam atau korban konflik perang. Juga peristiwa-peristiwa yang menyoroti kemenangan manusia.
Dengan menulis feature, pembaca bisa merasakan nuansa dan keadaan yang terjadi. Seolah membawa pembaca berada di sana. Berbeda dengan straight news yang hanya menyampaikan informasi secara singkat, padat dan jelas.
Tak hanya membahas tentang penggunaan gaya kepenulisan features news. Kami juga melontarkan beberapa pertanyaan mengenai teknik wawancara atau menjadi reporter yang baik. Yakni agar informasi yang didapat dari narasumber bisa lengkap.
“Jangan hanya terpaku kepada list pertanyaan yang sudah kalian buat, tapi improvisasi itu penting saat wawancara,” terang Khotib.
Guruh juga menambahkan bahwa ia sering mendapat kemudahan menggali informasi dari narasumbernya. Yakni dengan mengajak ngobrol narasumbernya secara santai agar tidak canggung di antara keduanya.
Ketika obrolan tersebut semakin seru, maka narasumber akan nyaman untuk berbagi informasi lebih banyak dan dalam kepada wartawan. Itulah kunci keberhasilan wartawan ketika wawancara dengan narasumber.
Khotib dan Guruh juga membagikan informasi tentang tata cara pembuatan awal majalah agar menarik pembaca.
“Apakah ada saran dari pihak redaksi Disway kepada kami, apa aja sih yang perlu disiapkan sebelum membuat majalah agar bisa menarik dan tidak keteteran?” tanya Azizah, salah satu anggota ekskul Ekspresi Smanisda.
Khotib langsung menyampaikan saran-sarannya. Salah satunya harus menetapkan tema dahulu sebelum membuat majalah. Setelah penentuan tema, barulah membuat rubrik-rubrik atau ‘menu’ dalam majalah. Ibaratnya, rubrik ini sebagai pondasi awal sebelum adanya bahasan lain. agar para tim redaksi tidak kebingungan.
Rubrik tersebut bisa diisi beragam hal. Bisa saja membahas tentang event sekolah, kesehatan mental atau masalah lainnya seputar pelajar dan sekolah.