Tentu bisa dipahami mengapa cukup banyak pesantren di wilayah Tapal Kuda, Matraman dan Arek saat ini mendukung Prabowo-Gibran.
Sementara itu, dua mesin politik yang selama ini mendominasi Jatim, yakni PDIP dan PKB sebagai representasi kekuatan politik abangan dan santri, terpecah di dua gerbong koalisi yang berbeda.
Namun demikian, Umam melihat bahwa konstelasi politik Jatim masih dinamis. Momentum 1,5 bulan ke depan bisa dimanfaatkan oleh masing-masing paslon untuk mengkonsolidasikan kekuatan politiknya.
Mengingat Jatim, sekali lagi, adalah battleground terbuka dalam Pilpres.
Jika ada paslon bisa menggabungkan mayoritas jaringan politik nasionalis dan politik santri di Jatim, besar kemungkinan paslon itu akan memenangkan kontestasi Pilpres di tingkat nasional. (*)