JAKARTA, HARIAN DISWAY - Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menggelar Silaturahmi Kebangsaan dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di kantor KWI Cikini, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2024. KWI merupakan organisasi gerejawi yang menghimpun para uskup Gereja Katolik seluruh Indonesia.
BACA JUGA: One Day One AMIN Ditargetkan AMIN Muda untuk 1 Juta Suara Kemenangan Anies-Muhaimin
Dalam wawancara dengan para wartawan yang menunggu setelah silaturahmi berlangsung, Anies mengungkapkan apresiasinya kepada para pimpinan umat Katolik Indonesia atas pertemuan yang berlangsung dengan suasana kekeluargaan tersebut.
“Kami berterima kasih sekali kepada pimpinan Konferensi Waligereja Indonesia yang dipimpin oleh Bapak Ketua Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC dan Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam KWI, Romo Yohanes Kurnianto,” ujar Anies.
Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu mengungkapkan mereka diterima, bersilaturahmi, dan berdiskusi berbagai hal menyangkut kebangsaan dengan ditemani Timnas AMIN yang menjadi Deputi Umat Katolik, Pak Sonny, dan beberapa pihak yang lain.
“Tujuan silaturahmi ini tentu untuk menyampaikan bahwa silaturahmi yang terbangun ketika kami bertugas di Jakarta itu kami teruskan. Kemudian kami menceritakan apa yang menjadi gagasan dan rencana untuk Indonesia ke depan,” papar Anies.
BACA JUGA: Banyak Intimidasi, Jubir Timnas AMIN Ismail Bachtiar Yakin Anies Menang Mutlak di Bone
Anies mengungkapkan menghormati KWI sebagai organisasi gerejawi tertinggi Katolik yang tidak berpolitik dan berdiri di atas semua golongan di Tanah Air. “Kami menyadari bahwa KWI bukanlah organisasi yang terlibat dalam urusan politik. KWI berada di atas itu semua," katanya.
"Tetapi kami sebagai salah satu yang mendapatkan kepercayaan mengikuti kontestasi pilpres 2024 perlu menyampaikan untuk beliau-beliau bisa juga meneruskan kepada umat apabila ada yang bertanya, apabila ada yang mencari referensi. Supaya kita bisa menjangkau kepada semua,” ujar Anies.
“Kami menceritakan rencana memprioritaskan kesetaraan, keadilan di dalam pembuatan kebijakan-kebijakan kami. Diskusinya terbuka, guyub, bahasa Jawa-nya nyedulur,” pungkasnya. (*)