“Pertama, saya pikir itu campuran headphone saya, lalu saya pikir itu mikrofon, lalu saya pikir beberapa frekuensi hilang dari suara saya. Keadaannya perlahan-lahan menjadi semakin buruk,” bebernya.
Seiring dengan hilangnya alat musiknya, mobilitasnya pun menurun. “Tidak ada yang bisa saya lakukan dan saya hanya belajar bagaimana menghadapinya,” katanya. Belakangan, apa yang dia derita itu kondisi mirip Parkinson. Yakni kelumpuhan supranuklear progresif.
Menurut Mayo Clinic, kondisi langka ini disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak yang mengontrol pemikiran, gerakan, dan koordinasi, yang mirip dengan gejala Parkinson dan demensia. (Heti Palestina Yunani)