Kiat Ray Albani Membudidayakan Lobster di Kota Besar: Memvariasi Pakan Cegah Bosan

Minggu 28-01-2024,00:40 WIB
Reporter : Heti Palestina Yunani
Editor : Heti Palestina Yunani

Sekali bertelur, indukan dapat menghasilkan 100-600 ekor. Tergantung ukuran betina indukan tersebut. Dari budidaya di tempat dan kolam sederhana tersebut, Ray bisa menghasilkan seribu ekor benih setiap bulan. 

"Paling laris benih ini. Sudah kirim ke berbagai daerah. Juga kirim untuk keperluan konsumsi. Harganya Rp 190 ribu per kilogram," ujar mahasiswa PPNS jurusan Manajemen Bisnis itu.

Ia memulai budidaya lobster red claw tersebut sejak 2021. "Menghabiskan satu tahun untuk benar-benar belajar dan berinovasi. Setahun berikutnya, pada 2022, saya mulai melakukan penetrasi pasar," ungkapnya.
Lobster red claw per set yang siap untuk dikirim. Pasar Albani sebagian besar dari Jawa Barat dan Bali. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Pembelinya sebagian besar adalah petani lobster. Dari berbagai daerah, tapi yang paling banyak petani lobster dari Bali dan Jawa Barat. Ia pun menjual lobsternya melalui online. Nama usahanya: Kewanku Farm.

BACA JUGA: Tim UWKS Latih Warga Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede Budidaya Ikan dalam Ember

Melalui usaha itu, Ray dapat mandiri dan mampu menghasilkan pemasukan. Ia dibantu empat rekannya. Untuk menghasilkan lobster berkualitas, tak hanya kualitas air dan kolam. Makanan lobster harus diperhatikan betul. Pemberian makanan tak selalu sama setiap hari. Jika sama, lobster akan bosan.

Ray membuat tabel pemberian pakan. Ia membaginya menjadi 20 hari dan itu berulang. Hari pertama, pada pagi, lobster diberi makan potongan tahu. Sore kecambah. Esoknya, pagi pelet, sore wortel. Esoknya lagi pagi cacing sutra, sore pelet. Begitu seterusnya, dan berselang-seling.

Ray dan budidaya lobsternya membuktikan bahwa dengan kesungguhan dan inovasi, memelihara lobster di kota besar itu mungkin. "Harus telaten dan sabar," pungkasnya. (Guruh Dimas Nugraha)

Kategori :