KAMPUS Institut Teknologi Bandung (ITB) Senin lalu didemo mahasiswa. Mereka memprotes skema yang ditawarkan untuk mahasiswa yang kesulitan untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) melalui pinjaman online (pinjol). Penyedianya adalah PT Inclusive Finance Group atau Danacita.
Solusi jangka pendek bagi mahasiswa yang kesulitan bayar itu dinilai justru mencekik mahasiswa. Sebab, pinjol tersebut mengutip bunga yang sangat tinggi. Dengan begitu, mahasiswa atau orang tua mahasiswa yang kesulitan finansial justru makin sulit karena nilainya menjadi lebih besar.
Danacita memang mengutip bunga yang sangat tinggi untuk pinjaman mahasiswa itu. Sekitar 1,75 persen flat per bulan atau setara 21 persen per tahun. Bahkan, berdasar pengakuan mahasiswa, bunganya mencapai 24 persen.
Itu bunga flat yang jika dikonversi ke bunga efektif (seperti bunga kredit pemilikan rumah) setara dengan 42 persen. Tiga kali lipat jika dibandingkan dengan bunga KPR yang berkisar 11 hingga 14 persen.
Mahasiswa yang pinjam Rp 12,5 juta untuk membayar UKT harus mengembalikan Rp 15,5 juta untuk jangka waktu 12 bulan.
Berdasar informasi di website Danacita, pinjol itu memang mengkhususkan pembiayaan pendidikan. Berdasar data mereka, saat ini outstanding kreditnya mencapai Rp 376 miliar. Total peminjam mencapai 27.440 orang. Jumlah mitranya 148 institusi pendidikan.
Bagi mahasiswa dan orang tua yang kesulitan untuk membayar UKT, itu jelas bukan solusi yang baik. Sebab, jika kesulitan untuk membayar UKT, mereka akan lebih sulit membayar UKT plus bunga yang cukup tinggi.
Dengan demikian, pada semester berikutnya, mahasiswa berpotensi gagal membayar UKT lagi plus harus menanggung cicilan ke pinjol dengan nilai yang cukup besar.
Dampak pandemi Covid-19, jumlah mahasiswa yang sulit membayar UKT memang sangat tinggi. Tak terkecuali di kampus-kampus besar seperti ITB, UGM, UI, dan Unair.
Di Unair, misalnya, saat puncaknya pandemi Covid tahun 2021, mahasiswa yang mengajukan keringanan mencapai 8.312 dari sekitar 29 ribu mahasiswa diploma dan S-1. Yang disetujui 8.191 atau sekitar 98,5 persen dengan nilai keringanan sebesar Rp 30 miliar setahun.
Itu angka yang besar. Sebab, Unair sudah membebaskan UKT mahasiswa yang tinggal menunggu ujian skripsi. Juga, memberikan diskon 50 persen bagi mahasiswa yang tinggal memprogram skripsi pada semester berjalan.
Belum lagi, sekitar 31 persen mahasiswa undergraduate Unair –sekitar 10 ribu dari 29 ribu mahasiswa– adalah penerima beasiswa. Beasiswa bersumber dari berbagai macam, Kemendikbud, Kemenag, pemkab/kota, BUMN, perusahaan swasta, lembaga, yayasan, dan dari Unair sendiri.
Meski pandemi telah berlalu, jumlah mahasiswa yang sulit membayar UKT masih banyak. Hingga saat ini pun, Unair masih memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengajukan keringanan UKT.
Jumlahnya sudah menurun drastis, tapi masih besar. Di fakultas teknologi maju dan multidisiplin (FTMM) dengan 1.800-an mahasiswa, yang mengajukan sekitar 300 mahasiswa. Unair juga menawarkan skema cicilan bagi yang belum siap dana. Cicilan langsung ke Unair. Tanpa bunga.
Bagi yang benar-benar kesulitan dan Unair tidak mungkin lagi memberikan keringanan, solusinya adalah diajukan ke Pusat Pengelolaan Dana Sosial (Puspas). Ini adalah lembaga sosial semi-otonomi yang didirikan Unair untuk membantu mahasiswa dan staf yang kesulitan.