Pada 2023, pengunjung wisata Pantai Kelapa berjumlah kurang lebih 263.842 orang dengan tiket masuk Rp 10 ribu. Tentu hal ini memberikan pendapatan yang cukup besar untuk pengelola pantai.
Saat ini wahana Pantai Kelapa menyediakan beragam fasilitas sehingga pengunjung dimanjakan dengan beberapa sarana antara lain dengan lahan parkir yang luas, permainan anak, kolam renang, tempat outbond, musala, toilet bersih, dan panggung hiburan.
Ada kafe atap, ruangan ber-AC untuk pertemuan, ruang medis, pos keamanan dan ruang informasi, ruang tunggu dan tempat istirahat bagi pengemudi, taman bermain, pujasera, kios dan toko pedagang, serta area latihan bersama.
Dilengkapi pula dengan wahana bermain flying fox, sepeda motor ATV, berkuda, perahu wisata, sepeda motor listrik, spot selfie di dermaga, tempat cuci tangan, sampai disinfectant gate atau pintu penyemprotan disinfektan pada bus dan mobil lainnya. Di pinggir pantai ditanami mangrove guna menjaga lingkungan dan ada tempat untuk terapi garam.
Kini, Pantai Kelapa telah berkembang dan memberikan manfaat kepada masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Dampak terhadap masyarakat lokal dapat mendukung SDGs di pedesaan. Demikian pula memberikan kontribusi pendapatan daerah melalui pajak dan lain-lain.
Keberadaan Pantai Kelapa dengan segala aktivitas memberikan dampak positif kepada masyarakat lokal. Yaitu memberikan peluang kerja cukup besar bagi penduduk desa dan sekitarnya bagi muda, tua, laki-laki, dan perempuan dalam jangka waktu yang cukup lama yang penting masih kuat bekerja. Juga telah membuka kegiatan ekonomi di luar pertanian.
Dampak lainnya yakni memberikan kontribusi kemajuan desa seperti PKK, Karang Taruna, dan lain-lain; memberikan bantuan beasiswa kepada warga Desa Panjuran yang kurang mampu; memberikan sembako untuk daerah ring 1 wisata Pantai Kelapa; dan memberikan santunan kepada warga desa yang kurang mampu pada saat menjelang Idulfitri.
BACA JUGA: Situasi Pedesaan di Tengah Hiruk Pikuk Pilpres 2024: Baksos Jalan, Petani Aman
Memberikan kontribusi terhadap pembangunan masjid, kegiatan pengajian di sekitarnya; bekerja sama dengan puskesmas dan instansi lain untuk bidang kesehatan; memberikan kontribusi pajak daerah dan pengembalian pajak untuk pembangunan di desanya; serta penanaman mangrove untuk menjaga lingkungan dan kehidupan nelayan, dan lain-lain.
Dengan demikian, Pokdarwis sebagai kelompok masyarakat pengelola wisata Pantai Kelapa merupakan salah satu contoh social entrepreneurship yang berhasil memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan pedesaan dan mendukung SDGs.
Oleh karena itu peranan social entrepreneurship yang berbasis pada masyarakat lokal perlu dikembangkan agar memberikan manfaat yang lebih besar terhadap peningkatan kesejahtaran masyarak desa sekitarnya, dan membantu pemerintah dalam mencapai SDGs. (*)
Oleh Prof Rustinsyah Dra, MSi: Guru Besar Bidang Ilmu Antropologi Sosial Budaya Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga