Literasi Digital Penting untuk Wujudkan Pemilu Damai

Selasa 06-02-2024,14:42 WIB
Reporter : Raka
Editor : Raka

“Karena kadang hoaks datang bukan karena kita informasi dari orang lain, tapi kadang kita jugayang membuatnya sendiri tapi kita tidak sadar. Siapa yang bisa untuk menangkal hoaks itu? Yadiri kita sendiri,” jelas Adhy.

 

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi talkshow yang diisi dengan diskusi antar para narasumber. Mereka membahas cara memilih secara cerdas dan menggunakan

media digital dengan bijak.Sesi talkshow dibuka oleh tanggapan dari Kebijakan Publik Google Indonesia, Arianne Santoso. Dia menyampaikan bahwa proses pengambilan keputusan saat pemilu harus didasarkan padapenggunaan data yang akurat dan valid.

 

“Penyebaran berita bohong atau hoaks ini bisa mempengaruhi opini publik secara negatif. Dalamhal ini, Google membantu untuk memberikan informasi secara kredibel, yang harus ada databerbasis kebenaran. Jadi kami bekerjasama dengan KPU dan Bawaslu yang memiliki legitimasi

dalam menentukan benar atau salahnya informasi seputar politik,” tutur Arianne.

 

Tidak hanya bekerjasama dengan KPU dan Bawaslu, Google bersama University of Cambridgemelakukan riset mengenai alasan mengapa seseorang terprovokasi hoaks dan menemukanadanya tiga metode yang dipakai untuk menyebarkan hoaks. Yaitu dengan memancing emosiseseorang, merusak reputasi, dan memanipulasi gambar dan video.

 

Dalam kesempatan yang sama, Aurelie Moeremans selaku figur publik membagikanpengalamannya sebagai cara untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnyapemilihan yang bijak. Dia juga berpesan agar jangan mudah terprovokasi ketika mendapatkan

berita yang bombastis seputar pemilu di media sosial.

 

“Jadi kalau ada berita di medsos yang bombastis banget nih kita harus cari tau dulukebenarannya misalnya di Google atau di media-media lainnya yang tepercaya. Kita harus lebihkritis lagi, Sebelum disebarin harus dipastiin dulu bener apa engga. Fokus sama berita-berita

valid aja,” ucap Aurelie.

 

Kategori :